Jakarta, innews.co.id – Founder Komunitas Perempuan Level Up Shandy Purnamasari, memberikan penghargaan kepada 10 ‘Kartini’ masa kini, tepat di Hari Kartini, Kamis (21/4/2022), J99 Tower, Jakarta.
Acara yang disiarkan secara live melalui Instagram @shandypurnamasari & @perempuanlevelup ini, merupakan bentuk apresiasi terhadap perempuan mandiri yang telah berkontribusi bagi keluarga, lingkungan sekitar maupun masyarakat Indonesia secara umum. Pada kesempatan itu, Shandy menyerahkan penghargaan senilai total Rp 100 juta.
Ke-10 ‘Kartini’ itu berasal dari berbagai profesi, mulai dari bidan, perias, ibu lurah, penulis program TV, asisten rumah tangga, buruh cuci, penjual sayur, penjahit, guru mengaji serta pengemudi ojek online wanita.
“Kartini merupakan sosok perempuan tangguh yang telah memberikan keteladanan untuk melakukan pembaharuan bagi Kaum Hawa. Karena itu, kami ingin memberikan apresiasi kepada para perempuan Indonesia yang selama ini memberikan kontribusi bagi keluarga, lingkungan sekitar maupun masyarakat Indonesia secara umum,” kata Shandy.
Dirinya berharap, penghargaan ini bisa menjadi penguat motivasi untuk terus berkarya dan berbuat kebaikan. “Inilah yang kita butuhkan di masa seperti sekarang yang masih belum sepenuhnya terbebas dari pandemi Covid-19,” ujar founder dari Juragan 99 Corp ini.
Dia menambahkan, melalui Komunitas Perempuan Level Up, dirinya terus berusaha untuk memberikan inspirasi kepada generasi muda, khususnya para perempuan Indonesia. “Melalui Komunitas Perempuan Level Up ini kami selalu mendorong untuk tercapai dan terjaganya keseteraan sekaligus pemberdayaan kepada para perempuan,” ujar istri tercinta dari Gilang Widya Pramana ini penuh semangat.
Diterangkannya, melalui wadah ini pihaknya secara rutin memfasilitasi kelas dan seminar untuk membekali para anggotanya. Ragam kelasnya antara lain Pengenalan Diri, Bisnis Dasar dan Sosial Media. Selain itu, ada pula kelas yang diadakan sesuai permintaan anggota seperti kelas belajar make up dan masih banyak rancangan kelas lainnya yang akan dilakukan berkala di bulan Mei mendatang.
“Melalui Komunitas Perempuan Level Up ini kami menginginkan wanita itu bisa menjadi sosok yang mandiri. Itulah sebabnya kami membekali para perempuan dengan beragam kemampuan dasar. Kami juga ingin komunitas ini bisa menjadi sebuah zona aman dan nyaman untuk dapat saling berbagi dan menguatkan sesama perempuan Indonesia dalam lintas profesi,” katanya.
Komunitas Perempuan Level Up didirikan pada Hari International Women’s Day, 8 Maret 2022 silam. Pendiri dari komunitas ini adalah seorang filantropis dan pebisnis muda bernama Shandy Purnamasari. Komunitas hadir untuk memfasilitasi para perempuan dalam dalam meningkatkan kompetensi dirinya secara gratis .
Berikut 10 ‘Kartini’ versi Perempuan Level Up:
1. Rousantya (29 tahun) – Bidan
Bidan yang bekerja di rumah sakit swasta ini telah membantu menangani lebih dari 500 kelahiran. Rousantya juga pernah membantu kelahiran ibu-ibu tuna wisma secara cuma-cuma dan membantu sampai proses pemulihannya sempurna.
2. Yelis Safitri (30 tahun) – Penulis Program TV
Perempuan muda yang bekerja sebagai penulis program televisi ini merasa profesinya itu seringkali diabaikan. Padahal, penulis adalah batang tubuh sebuah karya.
3. Dwina Aggita Lubis (33 tahun) – Make up Artist
Gita–demikian ia biasa disapa, sudah 8 tahun menekuni dunia tata rias. Di era pandemi, pekerjaannya nyaris tidak menghasilkan, namun dirinya tetap semangat dan menekuni profesinya serta mencari peluang baru dengan membuka kelas-kelas make up.
4. Tirkem (45 tahun) – Buruh cuci
Awalnya, Tirkem adalah seorang pengusaha warung Tegal (warteg). Gegara pandemi, untuk menyambung hidup ia berprofesi sebagai buruh cuci di komplek perumahannya untuk menghidupi keluarganya.
5. Halimah (60 Tahun) – Penjahit
Menjadi penjahit sejak 1978, Halimah merasa bersyukur dengan talenta yang dimiliki karena dirinya dapat membiayai keluarganya. Bahkan sejak suaminya sudah tidak lagi memiliki penghasilan selama puluhan tahun, Halimah berperan sebagai ibu dan pencari nafkah.
6. Eka (31 tahun) – Pengemudi Ojek Online
Eka adalah mantan pekerja instansi pemerintah yang dirumahkan. Dirinya menjajal sebagai pengemudi ojek online karena ratusan surat lamarannya tidak ada yang menerimanya. Eka merasa lebih baik tetap bekerja, meski risikonya sangat tinggi.
7. Sari (46 tahun) – Asisten Rumah Tangga
Sari adalah asisten rumah tangga yang menghidupi keluarganya. Dirinya merasa bahagia menjalani perannya. Meski ada beberapa cibiran yang diterimanya, Sari tetap semangat karena dirinya memiliki pekerjaan yang halal.
8. Anita (50 tahun) – Pekerja penanganan sarana dan prasarana umum
Sebagai single parent. Afifah merasa sangat bersyukur tetap mendapatkan pekerjaan sebagai petugas PPSU. Meski lelah dan letih, Anita menjalaninya dengan sepenuh hati.
9. Afifah (50 tahun) – Penjual Sayur
Afifah sudah menjadi penjual sayur sejak 30 tahun lalu. Dirinya merasa sering diremehkan, namun bagaimanapun juga pekerjaan ini adalah satu-satunya sumber pendapatan keluarga.
10. Sri Widyastuti (53 tahun) – Guru Mengaji
Sebagai guru mengaji, Tuti juga berperan sebagai pencari nafkah keluarganya. Selain itu, Tuti juga sering memberikan kelas mengajar gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya. (RN)
Be the first to comment