Jakarta, innews.co.id – Asosisasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) merekomendasikan Edufecta sebagai portal e-Learning untuk digunakan oleh kampus-kampus swasta se-Indonesia.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT Technomedia Interkom Cemerlang dengan APTISI.
Portal tersebut dikembangkan oleh PT Technomedia Interkom Cemerlang, anak perusahaan PT IndoSterling Technomedia, dimana akan digunakan oleh sekitar 4.000 kampus swasta yang menjadi anggota APTISI.
Dalam siaran persnya, Aguswahyudi Steven Direktur PT Technomedia Interkom Cemerlang mengatakan, pihaknya mengapresiasi adanya kerjasama yang telah dilakukan dengan APTISI. Kerjasama ini diharapkan menjadi kontribusi nyata dalam mengembangkan pendidikan tinggi di Indonesia.
“Disepakatinya Nota Kesepahaman antara PT Technomedia Interkom Cemerlang dengan APTISI menunjukkan kepercayaan asosiasi terhadap sistem pembelajaran daring Edufecta yang dikembangkan oleh anak bangsa,” ujarnya, Rabu (13/1/2021).
Merebaknya Covid-19 di Indonesia, telah membuat seluruh kampus mengubah proses pembelajaran dari tatap muka di kampus menjadi daring. Namun begitu, belum adanya platform sistem pembelajaran daring yang mudah dan efisien mempersulit kampus menjalankan sistem kuliah ini.
Edufecta merupakan portal e-Learning bagi kalangan profesional, sebagai pelengkap untuk proses pembelajaran dan pelatihan korporasi yang lebih efektif dan efisien. Portal ini menggunakan kombinasi media audio visual dalam modul pembelajaran guna meningkatkan kemudahan penggunaan dan efektivitas pembelajaran.
Steven menjelaskan di dalam Edufecta ini nantinya dilakukan dua metode sistem pembelajaran online, yakni metode pembelajaran synchronous (live interactive) serta metode pembelajaran asynchronous (recorded).
Untuk metode pembelajaran ini, tambahnya, akan disesuaikan kembali dengan kondisi infrastruktur jaringan internet di setiap wilayah anggota APTISI yang nantinya dibagi menjadi tiga wilayah.
“Untuk Jawa dan kota besar lainnya kita akan menggunakan metode pembelajaran synchronous. Lalu untuk di luar Pulau Jawa menggunakan kombinasi metode pembelajaran synchronous dan asynchronous. Kemudian untuk Indonesia bagian timur menggunakan metode pembelajaran asynchronous,” jelas Steven. (RN)
Be the first to comment