Jakarta, innews.co.id – Sejumlah isu religius menarik bakal mewarnai dialog menarik Islam-Khonghucu yang mengisi rangkaian perayaan ulangtahun Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) ke-98, tahun ini.
Ditengah kemajuan pesat teknologi sekarang ini yang telah merubah wajah dunia, menjadi pertanyaan besar, “Apakah nila-nilai Ketuhanan saat ini telah bergeser? Apakah membicarakan ke-Ilahian Tuhan saat ini masih relevan? Bagaimanakah mendorong generasi muda/milenial lebih memaknai keilahian sang Khalik? Apa pandangan tokoh Islam dan Khonghucu tentang Tuhan dan Ketuhanan?”
Ini akan menjadi diskusi yang menarik dengan sejumlah narasumber kompeten dari kedua agama tersebut. Tampil sebagai pembicara kunci Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin Wakil Presiden RI.
Dari Khonghucu akan tampil Dr. Drs. Ws. Chandra Setiawan, MM., Ph.D; Drs. Uung Sendana L.L, SH., M.Ag; Js. Budiwan, dan Js. Kristan, SE., M.Ag. Sementara dari Muslim, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., MH; Dr. H. Marsudi Syuhud; Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed; dan Ulil Abshar Abdalla. Para narasumber akan membedah dan mencari titik temu dalam perspektif masing-masing agama.
Dengan tema “Tuhan dan Ketuhanan dalam Perspektif Islam dan Khonghucu”, acara ini akan berlangsung daring melalui Zoom Meeting beserta YouTube MATAKIN Pusat pada Sabtu, 10 April 2021, Pukul 13:30 – 18:00 WIB.
Dalam rilis yang diterima innews, Jumat (9/4/2021) Matakin menyampaikan, “Setiap orang besar, Nabi besar, selalu meninggalkan ajaran dan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, abadi, dan tak lekang oleh perkembangan zaman, meskipun sudah berjarak ratusan bahkan ribuan tahun”.
Di era digital sekarang ini, dimana informasi didapat dengan mudah, justru menjadi rentan karena manusia bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang kurang baik yang sering mengatasnamakan agama dan keyakinan tertentu. “Hal ini menjadi tantangan besar bagi para tokoh agama untuk menjaga dan menguatkan nilai-nilai keimanan kepada generasi milenial melalui cara-cara yang mudah diterima oleh mereka,” kata Matakin.
Di sisi lain, Matakin meyakini, perkembangan teknologi sejatinya adalah untuk sarana memberikan kemudahan bagi manusia dalam menunjang kehidupan, bukan untuk mereduksi nilai-nilai agama yang bersifat keilahian. Inilah tantangan yang harus kita hadapi bersama saat ini.
Untuk menemukan jawaban pasti terkait hal tersebut, dialog Islam-Khonghucu ini menjadi menarik untuk disimak. (RN)
Be the first to comment