
Jakarta, innews.co.id – Menurunnya indeks ekspektasi hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia pada Juni 2024, menunjukkan ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
“Ekspektasi itu merupakan target. Kalau targetnya saja sudah diturunkan, tentu menjadi sinyal bahwa realitanya sedang terjadi gonjang-ganjing perekonomian,” tutur pengusaha sukses yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Dalam laporannya, Bank Indonesia menyebut, terjadi penurunan pada Indeks Ekspektasi Penghasilan, Indeks Ekspektasi Tenaga Kerja,dan Indeks Ekspektasi Pembelian Barang Lama atau Barang Modal.
Diana menilai, penurunan sejumlah indeks tersebut salah satunya karena ekspektasi perekonomian global yang cenderung melambat di sepanjang tahun 2024. Selain itu juga merupakan imbas dari harga komoditas yang masih stagnan. Di samping itu, mekanisme, digitalisasi dan otomatisasi dalam dunia usaha yang mulai mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan. Belum lagi soal kualifikasi yang dibutuhkan oleh dunia kerja seringkali tidak sejalan dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang ada.
“Indeks ekspektasi penghasilan yang menurun pastinya akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Bila daya beli rendah, maka perputaran ekonomi pun akan melambat,” kata Owner Toko Daging Nusantara ini.
Bagi Diana, kondisi demikian tentu tidak bisa dianggap remeh dan perlu diwaspadai. Ada risiko besar bila tidak segera dicarikan solusinya. Salah satunya adalah naiknya angka pengangguran terbuka akibat terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sulitnya lapangan pekerjaan.
“Setiap tahun muncul angkatan kerja baru, sementara tingkat penyerapannya masih rendah. Bila tingkat penyerapan rendah, maka pengangguran akan semakin banyak,” serunya.
Begitu juga dampak dari menurunnya indeks ekspektasi pembelian dan indeks ekspektasi pembelian barang lama atau barang modal tentu akan menyulitkan pengusaha untuk berekspansi.
Guna tetap bisa melakukan ekspansi usaha, para pengusaha perlu mensinkronkan kembali dengan permodalan yang ada.
“Bila kondisi terus demikian, saya prediksi hingga akhir tahun, ekspansi bisnis yang akan dilakukan bakal lebih sedikit. Apalagi saat ini ada beban-beban yang lain bagi para pengusaha, seperti Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), dan kenaikan pajak. Ini akan sangat mempengaruhi jalannya usaha. Juga ada ketentuan membolehkan ormas keagamaan terlibat mengurus tambang dan sebagainya,” tukasnya.
Diana menambahkan, sebagai pengusaha, pihaknya tetap optimis kondisi perekonomian akan membaik. Namun, pemerintah juga harus bisa sejalan melalui kebijakan-kebijakan yang memperhatikan pertumbuhan dunia usaha.
“Sepanjang ruang bisnis dibuka lebar dengan birokrasi yang singkat dan tanpa pungli, tentu akan sangat membantu para pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya. Pemerintah harus bisa menjamin hal tersebut. Jangan justru orang mau berusaha malah diperumit perizinannya atau dibebankan dengan pungutan-pungutan dibawah meja. Political will dari pemerintah untuk memajukan dunia usaha akan tercermin dari regulasi dan kondisi di lapangan yang bersesuaian,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment