Digelari ‘Satria Sakti Nusantara’: Dr. John Palinggi Beri Resep Persaudaraan Sejati

Dr. John N. Palinggi menerima piagam penghargaan sebagai Satria Sakti Nusantara dari Kerajaan Buleleng, Bali, 30 April 2023

Jakarta, innews.co.id – Berbagai gelar disematkan padanya dari sejumlah kerajaan di seantero Indonesia. Terakhir, mengenakan pakaian adat Buleleng, ia diberi gelar ‘Satria Sakti Nusantara’ dari Kerajaan Buleleng, Bali, 30 April 2023 lalu.

Meski namanya kesohor, bak ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, dirinya tetap low profile. Baginya, sejumlah predikat yang diberikan justru membuatnya kian bersahaja dan rendah hati serta memahami bahwa hanya dengan mencintai sesama manusialah, persaudaraan sejati akan tercipta.

Untuk kesekian kalinya Dr. John Natan Palinggi, MM., MBA., dianugerahi gelar prestius dari Kerajaan Buleleng di Bali. Sebelumnya, pada 2006 lalu, ia pun telah diberikan penghargaan Puri Agung Singaraja Award bersama Megawati Soekarnoputri Ketua Umum DPP PDI-Perjuangan, di Bali.

Dr. John Palinggi berada di tengah-tengah keluarga Kerajaan Buleleng, Bali

“Perbedaan ada keniscayaan untuk membangun persaudaraan. Pluralitas adalah kekayaan yang harus diikuti dengan tindakan nyata untuk saling mengasihi. Kemajemukan adalah anugerah Tuhan untuk menunjukkan ke-Maha Kuasaan-Nya dan ke-Ilahian-Nya,” ungkap John Palinggi, kepada innews, di Jakarta, Selasa (2/4/2023).

Jadi, perbedaan itu jangan diingkari, tapi harus dimaknai dengan niat tulus untuk mengasihi sesama manusia apapun latar belakang sosial dan ekonominya.

Sejujurnya, kata Tenaga Ahli Pengajar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ini, ia merasa tidak layak menerima berbagai penghargaan tersebut. “Saya sudah ikrarkan dalam hidup untuk selalu rendah hati dan bisa berbuat kebaikan kepada sesama manusia serta membangun persaudaraan dan kerukunan ditengah segala perbedaan yang ada. Saya tidak tertarik pada perbedaan, tapi lebih tertarik pada saya pada manusia apapun perbedaan. Hidup ini saya wakafkan, tidak saja bekerja dan berbisnis secara jujur, tapi juga terus membangun rasa sayang kepada semua ciptaan Tuhan,” tukas John Palinggi lugas.

John mengimani bahwa kita harus berbuat sebanyak-banyaknya kebaikan dan menghindari kejahatan. “Dalam hidup kita harus selalu takut kepada Tuhan Sang Pencipta,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor (ARDIN) ini mengingatkan.

Berpakaian adat Buleleng, John Palinggi bersama tokoh-tokoh adat di Bali

Dia memberi apresiasi dan rasa terima kasih kepada Kerajaan Buleleng, yang telah menganugerahinya penghargaan dan mau menerimanya menjadi bagian dari keluarga besar Kerajaan Buleleng. Padahal, ia merasa hanya orang biasa yang berasal dari kampung.

“Penghargaan ini merupakan simbol adanya gelombang persaudaraan dan persahabatan serta ada hati dan silahturahim yang kuat sebagai sesama anak bangsa. Dengan penghargaan ini membuat saya lebih aware, memelihara hati agar tidak ‘cidera’ dalam sikap, tindakan, dan perbuatan dalam hidup ini,” cetus mantan Dewan Analisis Strategis Badan Intelijen Negara (BIN) ini.

Ketua Umum Asosiasi Mediator Indonesia (AMI) ini hanya berkeinginan perjalanan hidupnya bisa menjadi buku yang terbuka dan dapat dilihat oleh banyak orang. Untuk itu, maka ia sangat berhati-hati dan terus menebar kasih kepada sesama manusia. “Saya tidak pernah ada cacat dalam berusaha selama lebih dari 45 tahun. Saya hanya bisa mempersembahkan kejujuran, kesederhanaan, kerendahan hati, ketulusan, dan keikhlasan. Bawalah kasih sayang kepada semua orang tanpa pamrih. Nanti Tuhan Yang Maha Esa yang akan memberi balas atas semuanya,” yakin Wakil Ketua Dewan Penasehat KADIN DKI Jakarta ini.

Dia ingin setiap hari bisa terus menambah teman dan sahabat. Bak pepatah, seribu teman masih kurang, satu musuh sudah terlalu banyak.

Keluarga Kerajaan

Selain dari Kerajaan Buleleng, John Palinggi juga mendapat gelar ‘Kanjeng Raden Aryo Wiryonegoro’ dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Februari 2022 lalu. Lalu pada Oktober 2022, dirinya diundang menghadiri acara adat Erau di Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Di situ, John diberi gelar ‘Raden Satya Santika’. Jauh sebelumnya, John juga pernah mendapat penghargaan dari Kerajaan di Garut dan lainnya.

Jamuan makam bersama keluarga Kerajaan Buleleng, Bali

“Ini semua membuat saya merefleksi hidup agar lebih baik lagi kedepannya. Penghargaan itu tidak sekadar membanggakan, tapi juga memiliki pesan bahwa kerajaan-kerajaan di Nusantara itu sangat terbuka bersaudara dengan saya. Dari saya sendiri setidaknya memiliki kesetiaan, loyalitas, rasa hormat, dan penghargaan terhadap yang memberikan penghargaan,” imbuh peraih penghargaan ASEAN Development Citra Award 2004-2005 sebagai pebisnis berprestasi di tingkat ASEAN ini.

Dia menilai, keputusan berbagai kerajaan memberinya gelar juga menjadi bukti betapa kuatnya spirit merawat pluralisme di bangsa ini. “Kemajemukan merupakan modal besar bangsa ini. Meski berbeda, kita harus memiliki satu keinginan yakni mengasihi dan menyayangi sesama manusia, tidak hanya sesama anak bangsa, tapi juga seluruh umat manusia,” seru Ketua Harian Badan Interaksi Sosial Masyarakat (BISMA) ini.

Diingatkannya, jangan justru kita saling menghina, mencaci dan menciderai satu sama lain. “Yang kurang di bangsa ini adalah niat tulus untuk menyayangi sesama manusia. Kalau itu ada, maka Indonesia bukan saja menjadi bangsa yang besar dan maju, tapi juga menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lainnya,” tutur pemilik APEC Business Travel Card, yaitu bebas visa di 19 negara di Asia Pasifik, 2015-2025.

Apresiasi dan rasa terima kasih Dr. John Palinggi kepada keluarga besar Kerajaan Buleleng, Bali

Di tahun politik ini, secara khusus John meminta semua anak bangsa untuk bisa menahan diri, menghindari percekcokan, saling hina dan menjatuhkan, agar bangsa ini bisa selamat melalui pesta demokrasi di 2024 nanti.

Kedepan, John memastikan dirinya akan terus mengambil peran dalam ikut menebar kebaikan dan kedamaian di bangsa ini. “Saya siap ikut serta membangun bangsa ini lewat benih-benih kebaikan dan persaudaraan sejati. Perbedaan adalah realitas kehidupan, tapi yang dikedepankan adalah bagaimana hidup rukun dan saling menyayangi dalam perbedaan itu. Kiranya di tahun politik, kita tetap kukuh bersaudara, kuat bernegara, dan selalu mentaati aturan yang ada,” pungkasnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan