Hentikan Kegaduhan, Fokus Bantu Pemerintah Tangani Derita Bangsa

(Kiri) Teddy Mulyadi Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Informasi Pembangunan Bangsa (LPIB) dan K.H. Rizal Maulana Ketua Seknas Dakwah Indonesia

Jakarta, innews.co.id – Saat ini, pemerintah tengah disibukkan menangani sejumlah persoalan, mulai dari pandemi Covid-19, bencana alam, sampai pada membangkitkan perekonomian. Sangat disayangkan bila energi yang sejatinya disalurkan untuk membantu negeri ini keluar dari kondisi tersebut, dipakai justru untuk membuat kegaduhan.

Hal ini disampaikan K.H. Rizal Maulana Ketua Seknas Dakwah Indonesia dalam siaran persnya, Jum’at (26/2/2021). “Kita semua tentu ingin bangsa ini terlepas dari segala bencana. Karena itu, kami dari para ulama yang terhimpun dalam Seknas Dakwah mengimbau seyogyanya para elit politik dan pihak lain bisa menahan diri dan tidak membuat kegaduhan,” kata Rizal.

Saat ini, sambung Rizal, Presiden Joko Widodo dan jajarannya, termasuk Staf Kepresidenan yang dipimpin Moeldoko tengah berjuang habis-habisan mengatasi berbagai bencana di bangsa ini. “Kondisi demikian, jangan diperkeruh dengan hal-hal yang tidak substantif,” imbuhnya.

Dia menambahkan, kita sama-sama doakan siapapun pemimpin bangsa ini, baik di tingkat sampai ke daerah, bisa selalu diberikan kesabaran dalam menangani bala yang melanda negeri ini. “Banyak musibah yang dialami masyarakat, mulai dari pandemi, banjir, longsor, gempa bumi, dan lainnya. Untuk itu, dibutuhkan pikiran jernih dari seluruh komponen bangsa dan tidak terbawa emosi, melainkan bersama berjuang dengan ridho Allah SWT,” tukasnya.

Sementara itu, Teddy Mulyadi Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Informasi Pembangunan Bangsa (LPIB) dalam rilisnya menyayangkan kian memanasnya persoalan ditubuh Partai Demokrat dengan munculnya gunjingan-gunjingan politik yang dilontarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Manuver SBY itu akan sia-sia. Tidak akan berdampak positif bagi PD. Masih membekas diingatan publik akan Kasus Century, Petral, dan serangkaian perilaku korupsi yang menyeret para petinggi PD ke hotel prodeo. Bahkan, jargon ‘Katakan Tidak Pada Korupsi’ yang didengungkan PD, kini menjadi cemoohan belaka,” ujar Teddy.

Dia berkeyakinan Presiden Joko Widodo tidak akan menanggapi gunjingan SBY karena mengurus penanggulangan pandemi Covid-19 dan langkah maju bangsa Indonesia lebih penting. Demikian juga sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko diyakini lebih memilih mensukseskan program-program Presiden daripada berkubang pada pergunjingan politik.

“Gunjingan politik SBY lebih merupakan public assasination. Namun, publik akan lebih bersimpati kepada Moeldoko dibanding SBY karena noda masa lalu PD dan Pemerintahan SBY,” tandasnya.

Dengan kata lain, dapat promosi gratis. “Tidak salah jika SBY begitu protektif untuk PD karena berharap AHY mengikuti jejaknya. Tapi bukan tidak mungkin justru partai lain yang melamar Moeldoko, karena sebagai Purnawirawan Jenderal dan Pejabat Tinggi negara pastinya memiliki kapasitas dan kapabilitas politik,” tutupnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan