Jakarta, innews.co.id – Hanya berselang seminggu pasca Idul Fitri, bangsa Indonesia merayakan Hari Kebangkitan Nasional ke-113. Bukan sebuah kebetulan, tentu ada benang merah dari peringatan kedua hari nan bersejarah tersebut.
“Di hari Idul Fitri, semua orang–terkhusus yang beragama Muslim saling memaafkan. Tentu bukan sekadar formalitas belaka, namun harus dibarengi dengan perubahan perilaku, ucapan, dan tindakan. Kan sudah kembali fitri, semua kembali ke nol kilometer,” kata Otty Hari Chandra Ubayani, SH., Sp.N., MH., Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP IPPAT) kepada innews, Kamis (20/5/2021).
Bagi Otty, kalau seseorang sudah kembali bersih, maka perbuatan lama yang tidak baik ya jangan diulangi lagi. “Jangan lagi saling menyakiti, menfitnah, menyebarkan hoaks, dan lainnya lagi di media-media sosial,” tegasnya.
Kesadaran bahwa diri kita (khususnya umat Muslim) kembali fitri harus dimaknai secara mendalam. “Kalau hidup kita aman, baik, selalu memancarkan aura positif bagi lingkungan, maka rezeki juga akan lancar,” yakin Ketua Umum Ikatan Alumni Kenotariatan Universitas Diponegoro (IKA Undip) ini lagi.
Ditambahkannya, seminggu setelah Idul Fitri juga diperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), dimana itu menjadi momentum membangkitkan spirit kebersamaan dan kesatuan dalam mengisi kemerdekaan yang telah begitu gigih diperjuangkan oleh para pahlawan.
Menurut Otty, ada benang merah yang jelas antara Idul Fitri dengan Harkitnas. “Di satu sisi kita telah bersih dan putih kembali, dosa-dosa telah dihapuskan. Di sisi lain, kita diingatkan untuk selalu membangun kebersamaan dengan sesama anak bangsa dalam membangun negara ini,” kata Otty.
Dia meminta, kalau sudah kembali bersih, ya jangan kumat lagi. “Sudahi kebiasaan menciderai perasaan orang lain. Isi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif dan bermakna. Kita sama-sama menjaga silahturahmi yang sehat dan baik,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment