Jakarta, innews.co.id – Tema sentral Hari Perempuan Internasional atau dikenal dengan International Women’s Day (IWD) tahun 2021 adalah ‘Choose to Challenge’, dimana mengajak kaum perempuan untuk secara konsisten memperjuangkan kesetaraan gender dan mendukung inklusifitas kaum Hawa.
Bagi Suryani, Ketua Perempuan Khonghucu Indonesia (Perkhin) Pusat, kesetaraan gender merupakan hak azasi manusia (HAM). Hak untuk hidup secara terhormat, bebas dari rasa ketakutan, dan bebas menentukan pilihan hidup, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Artinya, laki-laki dan perempuan harus menerima perlakuan yang setara.
Saat ini, kata Suryani, kesetaraan gender bagi kaum perempuan sudah semakin jelas, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Hanya saja, bentuk-bentuk ketidakadilan gender masih membayangi, seperti, stigma perempuan mahluk yang lemah, masih tidak dihargainya hak-hak perempuan secara kodrati. Bahkan, Suryani mencontohkan, di lingkup keluarga perempuan dianggap sebagai sumber tenaga domestik yang tidak dibayarkan. Selain itu, masih banyaknya kekerasan didalam rumah tangga, dimana kaum perempuan dan anak yang banyak menjadi korbannya.
Suryani menerangkan, dalam ajaran Khonghucu, laki laki dan perempuan disimbolkan dengan Yin dan Yang. Dua kutub yang berlainan, namun tidak dapat dipisahkan. “Di dalam Yin ada Yang dan didalam Yang ada Yin. Saling mengisi dan saling melengkapi tanpa kehilangan identitas masing-masing,” terangnya.
Dirinya setuju dengan keterlibatan kaum perempuan di berbagai bidang. “Dengan begitu, tentunya kaum perempuan lebih dapat mengembangkan diri dengan segala potensi yang dimiliki,” ujar Suryani kepada innews, Senin (8/3/2021).
Meski begitu, kepada kaum perempuan, Suryani mengingatkan untuk tidak melupakan yang menjadi kodrat sebagai perempuan dan tugas sebagai istri. Juga sebagai pendidik utama bagi anak-anak yang akan menjadi generasi penerus.
Secara khusus Suryani menyerukan agar para perempuan tidak takut untuk bersikap, menyuarakan kesetaraan gender, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, organisasi, dan lainnya. “Dengan segala kemampuan yang dimiliki kita bisa berperan aktif dengan tentunya memahami batas-batas yang tidak melanggar kesusilaan. Tetaplah menjadi perempuan yang selalu menebar energi positif,” imbuhnya. (RN)
Be the first to comment