
Jakarta, innews.co.id – Menjadi pengurus dalam sebuah organisasi ibarat menjadi pelayan yang tugas utamanya melayani para anggota, bukan sebaliknya. Pengorbanan dan mental yang kuat tentu dibutuhkan. Sebab, ditengah pengabdian, tentu ada suara-suara sumbang yang bisa bikin pengurus tumbang. Intinya, organisasi itu tempat mengabdi, bukan mencari keuntungan pribadi.
“Melayani anggota yang jumlahnya lebih dari 21.000 orang tentu bukan perkara. mudah. Semuanya serba ekstra, tidak bisa main-main,” ungkap Otty Hari Chandra Ubayani, SH., Sp.N., MH., Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP IPPAT) jelang ulang tahun ke-34 organisasi PPAT tersebut, kepada innews, di Jakarta, Jum’at (10/9/2021).
Dirinya bersyukur para pengurus yang dibentuk pasca Kongres Luar Biasa (KLB) IPPAT di Lombok, Februari 2021 lalu, begitu solid dalam menjalankan roda organisasi. “Sejak awal dibentuk hingga kini, para pengurus disibukkan dengan berbagai agenda kegiatan. Disini kreatifitas dan koordinasi para pengurus, baik di pusat, wilayah, sampai daerah terus didorong,” jelasnya.

Diakuinya, masih ada PPAT yang nyinyir dan julit dengan kerja pengurus. Namun, baginya itu hal biasa dan tidak akan mengganggu kerja para pengurus. Terbukti, setelah beberapa waktu lalu menggratiskan Kartu Tanda Anggota (KTA), serangkaian kegiatan disusun jelang Milad ke-34 IPPAT yang jatuh pada 24 September 2021. Salah satunya ‘Safari Keilmuan’ yang merupakan kolaborasi PP dengan Pengurus Wilayah (Pengwil) se-Indonesia.
“Kami ingin organisasi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para anggota, termasuk kita bisa berbagi ilmu, mengupdate diri sembari bersilahturahmi secara virtual. Meski bertemu secara daring, namun bisa mengobati kerinduan kita,” jelasnya.
Tidak itu saja, sudah dipersiapkan kegiatan olahraga, berpantun, dan lainnya. Bagi Otty, pihaknya ingin tidak hanya berbagi ilmu, tapi juga bikin acara yang bisa menaikkan imun tubuh. “Saat ini kami masih membicarakan untuk acara puncak HUT IPPAT. Tentu ditengah pandemi ini, kita harus pintar-pintar membuat kegiatan yang tidak perlu menghadirkan kerumunan,” kata Otty.

Di sisi lain, Otty mensyukuri saat ini keguyuban begitu terasa di antara sesama pengurus baik di pusat sampai ke daerah-daerah. “Menjadi pengurus haruslah menanggalkan ego pribadi atau kelompok demi kepentingan yang lebih besar,” imbuhnya.
Terkait masih adanya gugatan di pengadilan, Otty dengan bijak berujar, “Itu hak pribadi tiap orang. Kami pengurus maunya hanya bekerja saja, tidak mau grasa-grusu. Lebih baik bekerja dalam senyap dan memberi hasil bagi anggota”.
Dikatakannya, saat ini PP IPPAT juga melihat bagaimana pemerintah mensupport keberadaan organisasi ini. “Respon pemerintah (Kementerian ATR/BPN dan Kemenkumham) begitu luar biasa. Itu tentu membuat kami lebih semangat lagi untuk bekerja,” cetusnya.
Kepada para PPAT, Otty mengajak semua untuk meleburkan diri, mendukung IPPAT agar lebih kuat dan dampaknya kian dirasakan oleh semua pihak. “Kami ingin menjadikan keberadaan organisasi bisa benar-benar bermanfaat bagi para anggota. Siapapun boleh bergabung. Di sini tidak ada kubu-kubuan karena prinsipnya, kita bangun bersama dan maju serempak,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment