
Jakarta, innews.co.id – Kalau generasi tua masih saja mau bercokol dan ngotot memimpin, dikhawatirkan negara ini akan krisis kepemimpinan kedepannya. Harusnya, para generasi tua legowo memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada yang muda.
“Tak hanya dalam konteks negara, organisasi pun harus demikian. Perlu ada kebesaran hati dari generasi yang sudah diambang pensiun untuk memberukan kesempatan pada generasi tengah (middle generation) dan muda (young generation) memegang tampuk kepemimpinan,” kata Arif Kianjaya Notaris/PPAT senior di Bangka Belitung, kepada innews, Senin (9/5/2022), menyikapi Kongres Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang rencananya akan diadakan di Bandung, Jawa Barat, November 2022 ini.
Tak hanya itu, kata Arif, di era kemajuan teknologi sekarang ini, sudah jelas yang cocok adalah mereka yang mengerti dan menguasai teknologi, baik secara teori maupun praktek.
Namun, untuk menjadi pemimpin juga dibutuhkan jiwa dan karakter sebagai seorang leader. “Harus punya keahlian berkomunikasi dan membumi,” tambahnya.
Sejatinya, sambung Arif, umur bukan menjadi masalah untuk menjadi pemimpin. Yang penting sehat dan punya wawasan luas. “Tapi, bukan berarti saya setuju PP INI dipimpin oleh orang yang sudah diujung pensiun, tapi anak-anak muda yang energik masih banyaklah di kalangan notaris,” tukasnya.
Dia menambahkan, regenerasi di segala bidang di negara ini sangatlah penting. “Jangan sampai kita krisis pemimpin. Sudah banyak contoh negara yang mengalami krisis calon pemimpin. Kita perlu generasi sebelum itu (krisis) terjadi. Mereka yang sudah tua kan bisa didudukkan sebagai penasihat,” urainya.
Terkait aturan tertulis soal usia calon INI-1, Arif mengatakan, secara aturan memang tidak tegas. “Tapi, regulasi itu kan bikinan manusia yang selalu mengalami perubahan. Misalnya, disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Kalau memang dipandang perlu AD/ART dibahas kembali. Mengapa tidak? Asal memenuhi prosedural. Jangan ada kepentingan tertentu atau apalagi paksaan, sudah bukan jamannya lagi,” tegasnya mengingatkan.
Arif menegaskan, semua masa punya orangnya dan semua orang punya masanya. “Jangan memaksakan orang pada masa yang sudah tidak tepat, begitupun sebaliknya. Harusnya para senior yang sudah di pelupuk pensiun berani berujar bahwa aekarang adalah masa kalian (orang muda) untuk membangun bangsa dan negara. Kami (para senior) cukup mengontrol dan memberi masukan saja,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment