Jakarta, innews.co.id – Mengkoreksi suatu kebijakan adalah dinamika di alam demokrasi. Namun, koreksi bukan sekadar memprotes, tapi harus dibarengi dengan solusi konkrit dan niat untuk memberi yang terbaik bagi bangsa dan negara.
“Saat ini, banyak orang melontarkan koreksi (khususnya kepada pemerintah) tapi dibumbui dengan hinaan, cacian, sampai menyudutkan pihak lain. Selain itu, orang sekarang lebih suka mengkoreksi lewat media massa maupun media sosial. Ini sesungguhnya tidak baik karena ada jalur-jalur yang bisa ditempuh untuk menyuarakan koreksi, kritik, maupun perbaikan terhadap suatu kebijakan,” kata Dr. John N. Palinggi, MM., MBA., pengamat sosial politik kemasyarakatan, di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Selain itu, lanjutnya, seringkali yang mengkoreksi itu bukan orang yang expert di bidangnya. Jadi, terkesan asal cuap-cuap, sementara dirinya sendiri tidak memahami substansi dari apa yang dikritiknya.
“Koreksi itu dibutuhkan dalam sebuah pemerintahan, tapi mekanisme dan jalurnya harus benar. Jangan kita mengkoreksi, malah ujungnya terkesan mau menjatuhkan Presiden, misalnya. Atau kita mengkritik sebuah kebijakan, tapi muaranya ingin memakzulkan pemimpin negara,” jelas John Palinggi.
Sosok yang pernah mengajar di Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengatakan, ketika kita mengkritik orang lain, hati kita harus bersih. Jangan dipenuhi dengan niatan busuk mau menjatuhkan pihak yang dikritik. Dia mencontohkan, betapa selama ini Presiden Jokowi dicaci dan dihina oleh berbagai pihak dengan narasi-narasi yang cenderung mau menjatuhkan, bahkan ada nuansa pembunuhan karakter (character assassination) dalam kritik yang dilontarkan.
Namun, John mengaku salut dengan kekuatan mental Presiden Jokowi, di mana seharusnya pihak-pihak yang menghina bisa dipenjara karena menghina Kepala Negara, malah beliau tenang-tenang saja. “Baru Pak Jokowi, sosok pemimpin yang saya lihat punya kekuatan ekstra, dicaci maki, dicemooh, dan dihina, tapi memilih diam dan tidak membalas. Beliau begitu tegar. Mungkin beliau itu mentalnya sekokoh batu karang,” imbuh Ketua Harian Bisma–wadah kerukunan antar-umat beragama ini.
John menyakini, Jokowi percaya hinaan yang ia terima, bukan hak dia untuk membalas, tapi Tuhan yang akan menghakiminya melalui hukuman. Terbukti, beliau tidak pernah melaporkan orang-orang yang menghinanya. “Tapi kalau kita lihat, orang-orang yang sering menghina Presiden Jokowi bukanlah sosok yang punya prestasi, baik di dunia politik ataupun karya pribadi bagi bangsa ini. Namun, koar-koar demi bangsa dan negara,” ujar Ketua Umum DPP ARDIN ini.
Kedekatan Jokowi dengan rakyat memberi inspirasi bagi seluruh rakyat betapa nilai kemanusiaan telah mampu merubuhkan tembok-tembok protokoler yang selayaknya disandang oleh seorang pemimpin negara. “Beliau tidak sungkan bercengkrama dengan rakyat, berswafoto, sampai menari bersama. Padahal, standar protokoler Presiden tidak membolehkan itu karena menyangkut keamanan Kepala Negara. Hal itu tidak dihiraukan karena rasa kemanusiaan dalam diri Presiden Jokowi lebih besar dari sebuah protokoler kepresidenan,” tandas John.
Dirinya menyarankan sebelum mengkritik orang lain, perbaiki dulu diri sendiri. “Jangan kita koar-koar di luar reformasi, begitu sampai di rumah ternyata dianya masih repot nasi. Saya harus memperbaiki diri untuk bisa memperbaiki dunia ini,” itu prinsipnya kata John.
Yang banyak terjadi, banyak orang mau jadi pahlawan kesiangan, mencoba memperbaiki dunia, padahal pribadinya sendiri tidak baik, selalu mengumbar kebencian, tidak sayang pada sesama, dan kerjaannya hanya mencaci maki pemimpin.
Orang yang suka teriak-teriak tanpa tahu jelas masalah dan posisi dirinya, lanjut John, pada akhirnya akan kelelahan juga. Sudah lelah lantas jatuh sakit dan pelan-pelan hilang dari peredaran.
“Bersihkan dulu hati kita, baru membersihkan dunia ini. Peliharalah hatimu, sebab dari situ terpancar kehidupan,” tegas John memperingatkan.
Sebagai pengusaha, John Palinggi berharap, setiap warga negara bisa berkontribusi untuk menciptakan perdamaian dan kekondusifan dalam perjalanan bangsa ini selanjutnya. “Kita dukung bangsa ini berjalan lebih baik dengan pemerintahan yang baru nanti. Dan, kita semua hidup damai dengan prinsip saling menghargai, menghormati, dan mengasihi satu sama lain. Jangan sampai selisih paham yang ada justru malah meruntuhkan persaudaraan kita,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment