Kecam Invansi Rusia, Politisi Golkar Dukung Ukraina Berdaulat

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi (kedua dari kiri) bersama delegasi Ukraina

Jakarta, innews.co.id – Tindakan Rusia menginvasi Ukraina sangat tidak dibenarkan. Bahkan, Konstitusi Indonesia jelas-jelas menolak segala bentuk kekerasan di muka dunia. Untuk itu, Ukraina harus tetap menjadi negara merdeka dan berdaulat.

Hal tersebut ditegaskan Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi, saat menerima delegasi masyarakat sipil Ukraina, antara lain, Anna Liubyma, Direktur Departemen Kerjasama Internasional Kamar Dagang dan Industri Ukraina (UCCI), Alim Aliev, jurnalis dan aktivis HAM sekaligus Wakil Direktur Jenderal Institut Ukraina dan Profesor Olexiy Haran dari National University of Kyiv-Mohyla Academy (UKMA), di Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Dia memastikan komitmennya untuk menggalang kerjasama antar-anggota parlemen internasional demi mendukung kemerdekaan Ukraina.

Pada pertemuan tersebut, secara terbuka Profesor Olexiy Haran memaparkan persoalan terkini Ukraina yang sangat mengkhawatirkan yakni, penguasaan Rusia terhadap wilayah Zaporizhzhia yang terletak di sebelah Tenggara Ukraina dan berada di kawasan Sungai Dnieper.

Di Zaporizhzhia terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di Eropa yang memasok sekitar 20% listrik bagi seluruh kebutuhan Ukraina. Kekhawatiran perihal keberlanjutan dan keamananan operasional PLTN Zaporizhzhia juga telah diungkapkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

“Pendudukan militer ilegal oleh Rusia dan salah urus PLTN Zaporizhzhia berisiko menimbulkan kecelakaan nuklir dahsyat yang akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi seluruh dunia,” ungkapnya.

Dia mengingatkan bencana PLTN Chernobyl terletak di Kota Pripyat, 108 kilometer Ibukota Kiev pada 26 April 1986, ketika reaktor nuklir mengalami kegagalan uji coba yang kemudian berujung pada ledakan dan kebakaran di wilayah tersebut.

Akibatnya, puluhan pemadam kebakaran dan pekerja darurat meninggal dunia akibat terpapar radiasi dan serangan jantung. Tak hanya itu, sekitar 200 ribu orang disebut harus dievakuasi akibat insiden ini. Hingga kini, daerah yang berjarak 30 kilometer dari lokasi ledakan menjadi ‘zona eksklusif’ dan tak dapat dihuni akibat radiasi nuklir.

Lebih jauh Profesor Olexiy Haran mengingatkan bencana PLTN Chernobyl terjadi karena keputusan rezim Uni Soviet di Moskow yang memaksakan reaktor yang sebetulnya dibangun bagi kepentingan militer justru diubah menjadi PLTN sipil dan kemudian salah urus sehingga terjadilah bencana.

Menanggapi hal tersebut, Bobby mengatakan, “Pada Mei nanti, saya akan berangkat ke Kenya bersama rekan-rekan ASEAN. Diharapkan dalam momentum itu muncul konsensus dukungan terhadap Ukraina”. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan