Ketua INI-IPPAT Papua Barat: “Kegaduhan di INI, Tak Mungkin Ada Asap Kalau Tidak Ada Api”

Christina Ella Yonathan, SH., M.Kn., Ketua Pengurus Wilayah INI-IPPAT Papua Barat

Jakarta, innews.co.id – Keputusan Diluar Kongres terkait pemindahan tempat Kongres XXIV Ikatan Notaris Indonesia (INI) tahun 2022, atas permintaan beberapa Bakal Calon Ketua Umum (Bacaketum), yang dikeluarkan Pengurus Pusat INI menjadi sumber kegaduhan di kalangan Notaris.

Pasalnya, keputusan tersebut dinilai telah melanggar putusan Kongres XXIII di Makassar, tiga tahun silam yang diperkuat oleh Kongres Luar Biasa (KLB) INI di Riau, Juni 2022 lalu, di mana telah menetapkan Jawa Barat sebagai tuan rumah Kongres XXIV INI. Oleh PP INI, tempat penyelenggaraan dipindah ke Banten dan waktu pelaksanaan juga diundur, yang tadinya November 2022 menjadi 8-9 Maret 2023.

“Perlu diketahui bahwa Keputusan Kongres adalah keputusan tertinggi dalam perkumpulan. Seharusnya apa yang telah diputuskan dalam kongres tidak dapat dianulir oleh apapun juga alasannya. Kalau segala sesuatu berjalan wajar seperti pada kongres-kongres sebelumnya, tentu tidak akan ada kegaduhan seperti sekarang ini,” kata Christina Ella Yonathan, SH., M.Kn., Ketua Pengurus Wilayah INI-IPPAT Papua Barat, kepada innews, Minggu (18/2/2023).

Ella menuturkan, beberapa kali terjadi penundaan waktu Kongres awalnya karena berdekatan dengan Hari Raya Keagamaan. Itu sesuatu yang wajar. “Tapi, pemindahan tempat acara kongres hanya gegara permintaan Bacaketum, rasanya aneh ya,” ujarnya.

Dia menilai, bila dari awal PP INI menjalankan sesuai dengan Keputusan Kongres terdahulu tanpa adanya prasangka macam-macam antara yang satu dengan yang lain, maka sudah pasti kongres telah terselenggara.

Ditanya soal model pemilihan yang pas di kongres nanti, Ella menegaskan, model pemilihan di Kongres Makassar, 2019 silam sudah cukup bagus. “Pada waktu itu kita menggunakan model pemilihan secara semi elektronik, di mana anggota hadir di tempat kongres dan melakukan pemilihan menggunakan perangkat elektronik. Setelah itu, penghitungan dilakukan menggunakan penghitungan secara elektronik,” jelas Ella.

Dikatakannya, keikutsertaan anggota dalam kongres tentu penting karena itu adalah hak konstitusional setiap anggota. Dalam hal ini PP INI wajib memfasilitasi tempat kongres yang aman dan nyaman agar setiap anggota dapat dengan mudah menggunakan hak-haknya dalam memberikan suaranya dengan sistem one man one vote. Dengan begitu, tujuan utama dari kongres sebagai ajang pesta demokrasi anggota INI dan sekaligus sebagai sarana untuk mengedukasi anggota dapat tercapai.

Lebih jauh bicara soal siapa dari Bacaketum yang pantas dipilih, dengan diplomatis Ella menerangkan, “Tentu setiap orang memiliki parameter dan kriteria yang berbeda-beda untuk menilai apakah seseorang layak memimpin INI atau tidak”.

Namun, secara pribadi, Ella mengharapkan, pemimpin INI kedepan adalah sosok yang dapat mengayomi anggota dari Barat sampai ke Timur Indonesia, sosok yang low profile dan cerdas. Sosok yang muda, inovatif, dan yang berkarya.

Soal dugaan kemungkinan terjadi money politic dalam kongres nanti, Ella menuturkan, sangat tidak etis dilakukan oleh para Caketum. Sebab, dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) perkumpulan sudah jelas diatur bahwa dilarang melakukan money politic. Namun faktanya, tidak dapat dipungkiri bahwa dari dulu sampai sekarang masih terjadi money politic, hanya berbeda dari segi kualitas dan kuantitasnya saja.

Ella berharap, semua Bacaketum bersama tim suksesnya dan dapat bergandengan tangan mensukseskan Kongres INI, buka saling sikut di media sosial. “Anggota sekarang sudah cerdas dan pintar menentukan pilihannya. Karena itu, tidak perlu saling menjelekkan dan saling sikut. Itu tidak pantas. Semuanya kembali kepada anggota yang akan menilai siapa yang layak menjadi The Next Ketua Umum INI,” pungkasnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan