Ketum AKPI: “Amazing di Periode Pertama, Paripurna di Periode Kedua”

Dr. Jimmy Simanjuntak, SH., MH., Ketua Umum Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI) periode 2019-2022.

Jakarta, innews.co.id – Memimpin sebuah organisasi di masa pandemi bukan perkara mudah. Stagnasi sosial dan ekonomi menjadi kendala terbesar. Itulah yang dialami Dr. Jimmy Simanjuntak, SH., MH., saat terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI) periode 2019-2022.

Baru dilantik di September 2019, dunia sudah didera pandemi Covid-19 dan Indonesia resmi mengumumkan terserang virus mematikan ini pada Februari 2020. “Bagi kami, kondisi itu terasa menyesakkan awalnya. Sempat terpikir, mau bagaimanalah organisasi ini kami jalankan,” aku Jimmy dalam perbincangan khusus dengan innews, di ruang kerjanya, di Jakarta, Selasa (5/7/2022).

Jimmy Simanjuntak siap bermitra dengan Fadlin Avisenna, melanjutkan pengabdian di AKPI

Jimmy memilih berdoa dan merenung, apa yang bisa ia dan rekan-rekan pengurus bisa jalankan di masa pandemi ini. “Semangat dan tekad kami tidak surut untuk bagaimana AKPI tetap menggeliat. Dengan segala keterbatasan yang ada, kami coba menjalankan program-program tidak saja bagi internal, tapi juga eksternal,” ungkap pria low profile yang dikenal smart dan tegas ini.

Perlahan tapi pasti, kegiatan demi kegiatan dilakukan. “Puji Tuhan, semangat teman-teman yang luar biasa memungkinkan semua bisa berjalan. Bahkan, tercatat kami sudah melakukan 102 kegiatan. Ini capaian yang luar biasa, bahkan diluar ekspektasi saya,” akunya penuh rasa syukur.

Kepengurusan di era Jimmy seolah menyatakan, pandemi tidak menjadi penghalang bagi AKPI untuk tetap berkegiatan, baik pendidikan, seminar, kegiatan sosial seperti vaksinasi gratis, membantu korban banjir, dan lainnya. “Justru berkegiatan di masa pandemi membuat kami merasa semakin dekat satu sama lain. Karena pengaturan yang kami lakukan benar-benar ekstra dengan protokol kesehatan,” tuturnya.

Kami yakin dengan serangkaian kegiatan tersebut akan kian mengharumkan nama AKPI ditengah masyarakat. “Ini kan organisasi profesi, tapi harus selalu menunjukkan simpati dan empati terhadap kondisi bangsa dan negara,” tukasnya.

Meski begitu, Jimmy mengaku belum paripuna. Salah satunya terkait kerja sama dengan lembaga-lembaga, seperti kepolisian, kejaksaan, kantor pertanahan. Ini lantaran komunikasi tidak bisa dilaksanakan cukup dengan online saja. “Pemaparan secara offline akan memberi daya paham yang cukup baik di antara kedua belah pihak,” terangnya.

Untuk itu, bersama Fadlin Avisenna Nasution, SH., Jimmy memutuskan untuk kembali mencalonkan diri sebagai Ketum APKI periode 2022-2025, yang rencananya akan diadakan pada Agustus 2022 ini. “Salah satu yang akan saya paripurnakan bila terpilih untuk kedua kalinya nanti, selain membuat nota kesepahaman dengan berbagai lembaga dan instansi tadi juga bagaimana AKPI memiliki Kantor Sekretariat, setidaknya di 5 kota yang terdapat Pengadilan Niaga, seperti di Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar,” bebernya.

Terkait hubungan AKPI dengan pemerintah, Jimmy merasa selama ini sudah sangat baik. “Sudah sangat baik kerja sama AKPI dengan Pemerintah selama ini. Hanya tidak cukup sampai di situ, melainkan bagaimana AKPI menjadi lokomotif yang bisa menjadi sarana ketika pemerintah membutuhkan pendapat terkait kepailitan. Jadi, bila pemerintah berada dalam suatu kondisi tertentu dalam menangani kepailitan, maka AKPI bisa membantu,” paparnya.

Diakuinya, saat ini banyak perusahaan mengalami pailit. Namun, itu kondisi yang wajar, tatkala ekonomi negara melemah, di mana ada transaksi yang tidak berjalan dan hutang-hutang tidak bisa berjalan. “Kepailitan menjadi suatu solusi dalam mengatasi kondisi perusahaan pada kondisi tertentu. Sebab, namanya hutang harus dibayar. Dengan pailit, maka perusahaan akan fokus melunasi hutang-hutangnya sebelum kembali memulai lagi usahanya,” urai Jimmy.

Dalam hal ini, sambungnya, bagaimana AKPI bisa mengawal proses PKPU dan pailit dengan baik, dengan mengedepankan integritas. Jadi, proses PKPU dan kepailitan bukan semata-mata mencari keuntungan dalam bentuk imbalan jasa, tapi juga bisa diselesaikan sehingga tercapai perdamaian, dan usahanya bisa berjalan kembali. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan