Ketum KADIN DKI: Konser Musik Masih Milik Kaum The High, Tak Berkorelasi Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Diana Dewi Ketum KADIN DKI Jakarta sebagai salah satu narasumber

Jakarta, innews.co.id – Maraknya konser-konser musik, baik yang menghadirkan musisi lokal maupun internasional di Indonesia, berdampak pada meningkatnya okupansi hotel. Namun, tidak serta-merta mendongkrak perekonomian secara nasional.

Penegasan tersebut disampaikan Diana Dewi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi DKI Jakarta, dalam perbincangan bertajuk ‘Konser Mulai Marak, Apakah Industri Hotel Ikut Kecipratan Berkah?’ pada program Berita Satu Siang, Jumat (12/5/2023) lalu.

“Kalau dibilang berdampak pada industri perhotelan, tentu bisa demikian. Sebab, para penonton konser, baik dari luar daerah maupun mancanegara tentu akan menginap di sejumlah hotel,” ujar CEO PT Suri Nusantara Jaya ini

Namun, dirinya menilai konser-konser musik tersebut tidak memiliki korelasi kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Selain sifatnya tidak kontinu atau lebih terjadwal dengan waktu-waktu tertentu, peminat yang menonton konser musik umumnya berasal dari kalangan menengah ke atas. “Kita bisa lihat yang mampu nonton konser kan mereka dari kalangan menengah ke atas (the high). Terbukti, umumnya tiket konser musik selalu sold out,” tukas Bendahara Umum ICMI DKI Jakarta ini.

Diana mengatakan, kemampuan masyarakat membeli tiket-tiket konser musik tidak bisa lantas dikatakan bahwa perekonomian Indonesia sudah tinggi atau membaik. Sebab, persentase mereka yang berkemampuan membeli tiket masih jauh dibanding yang belum bisa membeli.

Selain itu, dalam setiap menggelar konser musik membutuhkan dana yang tidak sedikit oleh penyelenggara. Dia mencontohkan, mungkin kebutuhan anggaran untuk menggelar konser Cold Play mencapai Rp 100 miliar, sementara akumulasi pendapatan yang diperoleh Rp 120 miliar. Itu artinya, margin keuntungan yang diperoleh kan tidak terlalu besar.

Meski begitu, sambung Diana, kehadiran konser-konser musik tentu hal yang baik, namun pemerintah harus lebih fokus pada bagaimana membangkitkan perekonomian secara massif di level bawah. Salah satunya dengan mendorong kemajuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Kontinuitas kemajuan UMKM justru menjadi pendongkrak utama pertumbuhan ekonomi secara nasional. Karena aktifitas UMKM sifatnya permanen dan berkelanjutan,” tukas Founder Toko Daging Nusantara yang telah memiliki 7 cabang di Jabodetabek ini.

Diana berharap kedepan pemerintah lebih memiliki program-program peningkatan ekonomi kerakyatan, sehingga hasilnya lebih nyata dan signifikan dalam menopang perekonomian nasional. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan