Jakarta, innews.co.id – Invansi Rusia telah melahirkan penderitaan bagi warga Ukraina. Meski begitu, dengan gagah berani, baik kaum pria maupun wanita angkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan negaranya. Sekalipun harus kehilangan harta benda, sanak keluarga, hingga nyawanya, mereka tetap berjuang demi Ukraina merdeka
Berikut beberapa kisah para pejuang kemerdekaan Ukraina.
Oleh Butusin
Sebelum akhirnya memutuskan pindah dari Rusia ke Ukraina, 2014 silam, Oleh Butusin tadinya berencana melaut dengan kapal dagang atau membiakkan kuda dan sapi. Namun, di masa Putin berkuasa dia merasa jiwanya tersiksa.
Bersama istri dan 12 anaknya, Oleh tinggal di wilayah Ivano-Frankivsk. Di tahun pertama kepindahannya, Rusia mencaplok Krimea dan melancarkan serangan ke Donbas. Sontak, ia pun bergabung dengan Korps Sukarelawan Ukraina, tidak jauh dari Donetsk.
Kedua putra Oleh, Roman dan Leonid selama setahun lebih menjadi relawan yang percaya mempertahankan kedaulatan Ukraina. Keduanya gugur dalam pertempuran di wilayah Chernihiv, Maret 2022. Duka mendalam dialami Oleh. Dia datang ke tempat anak-anaknya meninggal, menguburkan mereka dalam hening, menancapkan salib sebagai penanda kuburan keduanya. Bahkan membawa tanah berlumur darah kedua anaknya itu ke Kalush, kota tempat tinggal keluarganya.
Meski begitu, Oleh menolak meninggalkan garis depan. “Pertarungan berlanjut, kemuliaan untuk kemenangan masa depan kita!” kata Oleh.
Ihor Dashko
Penjaga perbatasan berusia 45 tahun ini adalah penduduk asli Sambir di Oblast Lviv. Dia memulai dinas militernya di Mariupol, tahun 1999 dan bekerja di sana selama lebih dari 10 tahun. Pria itu kembali ke Mariupol sebulan sebelum invasi Rusia skala penuh.
Demi mempertahankan Tanah Air tercinta dari penjajah, pada 9 April lalu, Ihor meledakkan dirinya di stasiun radio di Mariupol. Stasiun itu dicoba diambil-alih untuk keperluan Rusia. Ia dikepung tentara Rusia dan dipaksa menyerahkan diri. Ihor memilih jalan yang hanya akan diambil para pahlawan pemberani yakni, meledakkan stasiun itu bersama dirinya dan sekian banyak tentara Rusia yang tak menyangka.
Kata-kata terakhirnya adalah “Kemuliaan bagi Ukraina!”
Atas sikap heroiknya tersebut, Presiden Ukraina menganugerahkan Ihor Dashko gelar “Pahlawan Ukraina.” Ukraina tidak akan pernah melupakan prestasi tanpa pamrih ini.
Hasan Abdurahman
Ia harus kehilangan istri dan lima anaknya yang sudah dewasa selama serangan udara di Kota Aleppo, Suriah, yang dilakukan oleh Rusia. Sulit bagi Hasan untuk mengingat kengerian itu. Bahkan setelah 11 tahun tragedi itu berlalu. Ketika itu, Rusia mendukung rezim Assad selama perang di Suriah dan menggempur Aleppo.
Keputusannya tinggal di Ukraina karena ia ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang di sana. Namun, invasi Rusia ke Ukraina membuat ia berisiko kehilangan rumahnya untuk kedua kalinya. Lagi-lagi karena agresi Rusia.
Di Kyiv, Hasan tinggal dan mencoba hidup dengan membuat shawarma di dekat stasiun metro Khreshchatyk. Bahkan sejak invasi Rusia skala penuh, Hasan tak pernah meninggalkan pekerjaannya. Ia tetap membuat shawarma, memberi makan sesama warga Ukraina.
Natalia Popozohlo
Natalia dan putrinya bergabung dengan garda pertahanan Volyn. Sebelum perang, Natalia Popozohlo menjalankan ateliernya sendiri. Namun, pada 24 Februari, hari di mana Rusia menginvasi, dia mendatangi komisariat militer, bertekad ikut mempertahankan tanah air.
Dengan tekad bulat, dia mengambil pakaian hangat, mangkuk logam, dan sendok, menentang saran suaminya, seorang letnan kolonel. Hanya karena ia minus pengalaman militer, ia dia tidak diizinkan bergabung dengan pasukan.
Niatnya membantu perjuangan ditolong kemampuan memasak yang dimilikinya. Jadilah kini ia seorang pahlawan di dapur umum, yang memasak dalam balutan seragam militer. Natalia kini mengaku merasa sangat nyaman di dalamnya.
Pada hari-hari awal, putrinya, Veronika, membantunya memberi makan para prajurit. Tetapi pada 28 Februari, gadis itu juga bergabung dengan unit pertahanan teritorial. Sekarang, bersama ibunya, mereka memasak untuk seluruh brigade. Apalagi kini mereka pun sudah belajar untuk menembak dengan akurat.
“Aku datang ke sini bukan untuk sensasi. Aku datang untuk membantu mencapai kemenangan! Kami akan menghalau mereka ke Moskow. Jika perlu lebih jauh lagi!”katanya penuh keberanian. (RN)
Be the first to comment