Jakarta, innews.co.id – Dunia pertanian di Indonesia tengah menghadapi fenomena hilangnya generasi petani. Pasalnya, generasi muda saat ini enggan turun ke sawah dan menjadi petani. Padahal, menjadi petani adalah pekerjaan mulia. Sebab ditangannya lah kebutuhan pangan (beras) 260 juta rakyat Indonesia akan tercukupi.
Seiring kemajuan zaman, profesi sebagai petani kerap dipandang sebelah mata. Semakin tidak populer, lantaran perubahan zaman. Kalau dulu dikenal dengan revolusi industri, maka dewasa ini ada istilah revolusi digital.
Menyikapi krisis petani, Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka melakukan terobosan dengan melakukan pengembangan kapasitas kaum muda di sektor pertanian. Kegiatan yang dilaksanakan di Buperta Cibubur, Jakarta Timur tersebut dibagi dalam dua gelombang, di mana masing-masing dibina 100 orang pada 1-2 April 2024 dan 4-5 April 2024.
Mereka yang ikut kegiatan ini merupakan anggota Pramuka dengan rentang usia 16-25 tahun. Para peserta tampak begitu antusias saat pemaparan cara-cara bertani.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya membangun pertanian Indonesia, terlebih dalam menyikapi lost generation petani di Indonesia. Salah satunya dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, utamanya para orang muda,” kata Sekretaris Jenderal Kwarnas Mayjen TNI (Purn) Dr. Bachtiar, S.I.P., M.A.P., dalam keterangan persnya, di Jakarta, Sabtu (6/4/2024).
Dirinya mengaku miris semakin langkanya petani di Indonesia. Bachtiar mempertanyakan, kalau orang muda enggan bertani dan turun ke sawah, lantas bagaimana nasib bangsa ini kedepannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok.
Karena itu, lanjutnya, perlu dipikirkan agar pemerintah dan para petani sendiri bisa mempersiapkan generasi muda yang dapat mengolah lahan persawahan sehingga hasilnya bisa jauh lebih baik.
“Kwarnas berinisiatif membantu pemerintah dan para petani melalui pengembangan kapasitas generasi muda ini. Kami berkeyakinan masih banyak anak muda yang punya keinginan bertani, tentu didukung oleh teknologi terkini,” imbuh Bachtiar.
Dijelaskan, di sektor pertanian terdapat isu-isu penting yang harus diketahui oleh para generasi muda agar ada solusi terbaik untuk kedepannya.
“Pada kegiatan ini generasi muda kita beritahu persolan-persoalan di dunia pertanian Indonesia. Salah satunya image bertani yang kerap disepelekan, terjadinya krisis regenerasi petani. Demikian juga secara kebijakan masih banyak pintu yang mengurusi sektor pertanian,” bebernya.
Bachtiar menilai, generasi muda Pramuka sebagai agen perubahan, melalui kegiatan ini diajak untuk dapat memberikan solusi terbaik menghadapi beragam persolan pertanian tersebut.
“Generasi muda adalah salah satu komponen penting untuk berkontribusi menjawab krisis regenerasi petani dan persolan pertanian di Indonesia. Kami menyuguhkan materi pengembangan potensi diri yang aplikatif dan memberi pemahaman kepada mereka agar muncul minat di bidang pertanian,” terang mantan Direktur Pengembangan Bisnis Bulog ini.
Dirinya berharap, akan muncul bibit-bibit petani yang dengan segala inovasi dan kreatifitasnya mampu mengolah lahan pertanian di Indonesia secara modern. “Langkah awalnya harus merubah paradigma berpikir pada generasi muda bahwa petani ini adalah profesi yang terhormat dan mulia,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment