Makna Terdalam Idul Fitri, Ini Kata Dr. Serian Wijatno

Dr. Serian Wijatno, SE., MM., MH., Bendahara Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI)

Jakarta, innews.co.id – Idul Fitri memiliki makna yang sangat dalam. Bisa dikatakan maknanya antara lain lebar, lebur, luber, dan labur. Lebar artinya, selesai dan terbebas. Lebur artinya, lebur dari dosa. Luber artinya, penuh pahala dan keberkahan. Dan, labur maknanya, bersih. Banyak rumah dilabur sebagai cermin pembersihan lahir, setelah pembersihan batin melalui puasa.

Hal ini secara lugas dikatakan Dr. Serian Wijatno, SE., MM., MH., Wakil Sekretaris Dewan Masjid Indonesia (DMI) dalam tayangan video di kanal youtube, Rabu (12/5/2021). “Ketupat sebagai hidangan khas Lebaran memiliki makna ‘ngaku lepat’, yaitu, mengakui kesalahan. Rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur mencerminkan kesalahan manusia. Begitu juga butiran beras sebagai isi ketupat melambangkan kebersamaan tanpa memandang agama dan suku,” jelas Serian yang juga dikenal sebagai penulis buku anyar ini.

Dia menambahkan, bulan Ramadhan segera akan berlalu, tapi yang harus bersama seluruh umat Islam adalah spirit dan nilai moral puasa Ramadhan, sehingga 1 Syawal harus menjadi kelanjutan ibadah dan kesalehan sosial di hari-hari kedepan.

“Seorang Muslim yang kembali pada fitrahnya, selain sebagai hamba yang bertaqwa, juga harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan peduli pada lingkungannya. Jika itu tidak tampak pada seorang Muslim mulai Idul Fitri dan hari-hari berikutnya, maka ia gagal dalam pendidikan Ramadhan,” tukas Serian yang juga aktif sebagai Ketua Lembaga Pendidikan PP Persaudaraan Muslimin Indonesia, Tim Ahli Pinbas MUI, dan Wakil Ketua Umum PITI Pusat ini.

Dengan kembalinya manusia pada fitrahnya, sambung Serian, dunia bisa menjadi aman dan damai.

Dirinya juga mengajak semua insan menyatukan niat tulus, ikhlas dalam sanubari. Buang rasa benci, dengki, iri hati, dendam, sombong, dan kebanggaan atas apa yang dimiliki hari ini. “Mari kita ganti semua dengan rasa kasih sayang dan persaudaraan dengan hati terbuka. Kita ulurkan tangan untuk saling memaafkan. Ditengah pandemi, jabat tangan bisa diganti dengan mengirim pesan melalui media sosial atau video call menjadi simbol saling memaafkan. Meski jarak fisik memisahkan, namun hati kita tetap mau memaafkan,” pungkasnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan