
Jakarta, innews.co.id – Akhir-akhir ini, sepertinya kesaktian Pancasila tengah menghadapi berbagai ujian. Munculnya kelompok-kelompok radikalisme dan intoleran yang bahkan berupaya mengganti Pancasila dengan paham lain terasa kian gencar. Namun dibalik itu, ada spirit persatuan yang terus dikumandangkan anak-anak bangsa yang rindu Indonesia damai dan rakyatnya bersatu padu.
Merawat kebhinnekaan ada tanggung jawab bersama. Kelompok-kelompok toleran harus kian gencar menyuarakan indahnya keberagaman.

Bila demikian, ada sebuah keyakinan Pancasila masih tetap sakti. Seperti disampaikan Me Hoa, SH., MH., Ketua DPRD Kabupaten Bangka Tengah saat dihubungi innews, Jumat (11/10/2019). Beberapa waktu lalu, Me Hoa tampil sebagai pembicara dalam diskusi menarik bertema ‘Masih Saktikah Pancasila’ di Jakarta.
Lewat pesan singkatnya Me Hoa melihat bahwa sampai kini Pancasila masih sakti. Bahkan, dirinya yang merupakan etnis Tionghoa ini merasa nyaman hidup di bumi Indonesia. “Pancasila masih sakti. Buktinya kita masih baik-baik saja. Kalaupun ada suara-suara sumbang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara, namun itu masih dieliminir dengan kekuatan anak bangsa,” tutur wanita cantik kelahiran Desa Jeruk, 19 November 1977 ini.

Menyikapi kian derasnya muncul kelompok-kelompok radikal, menurut Me Hoa, dalam menghadapinya kita jangan terlalu reaktif, tapi kita harus mempelajari situasi dan membawa diri dengan baik di setiap perbuatan.
Dia mencontohkan kehidupan di Kabupaten Bangka Tengah yang begitu harmonis, masyarakatnya begitu guyub dan bersatu.

Dalam pandangannya, pemerintah selama ini sudah cukup baik menangani masalah ini, meski harus diakui bukan perkara mudah dalam memberantasnya. “Prinsipnya, jika ada yang terbukti melanggar, masuk saja ke substansi hukumnya dan di proses dengan tegas,” imbuh Magister Hukum Tata Negara di STIH PERTIBA Pangkalpinang ini.

Me yang dikenal sebagai sosok yang low profile ini berharap ke depan, nilai-nilai Pancasila di implementasi oleh semua anak bangsa. “Jangan hanya di mulut saja alias berwacana. Tulus dalam ucapan, pikiran, dan perbuatan. Serta tidak mudah terhasut oleh kepentingan-kepentingan sempit. Jangan mengorbankan keutuhan bangsa dan negara demi kepentingan sesaat,” pungkas Me Hoa. (RN)