Jakarta, innews.co.id – Film “Jandi La Surong”, yang menampilkan sisi budaya masyarakat Karo dengan kekuatan seni peran dan kisah yang menyentuh relung hati ini akan tayang di Cinepolis, Semanggi, Jakarta, pada Kamis, 18 Januari 2024.
Sinema yang berangkat dari goresan pena wartawan senior Muhammad Tempel Tarigan ini, merupakan kisah perjalanan hidupnya yang difilmkan secara terbuka.
“Pengerjaan film ini cukup lama, namun hasilnya sangat bagus. Tidak hanya sebuah alur cerita, tapi juga menampilkan budaya Karo yang begitu kuat kekerabatannya,” kata Tempel Tarigan yang juga Pelaksana tugas Ketua Umum Kerukunan Keluarga Sumatera Utara (KKSU) kepada innews, Selasa (2/1/2024).
Sejatinya, film ini telah tayang perdana di Mikie Holiday Berastagi, 19 Januari 2019 lalu. Namun sempat terhenti sementara karena kendala teknis, kini Film Beru Ribu Ertima “Jandi La Surong” siap tampil menasional, bahkan mengglobal.
Dalam mempersiapkan hal tersebut, Jeremia Ginting membentuk tim kecil bersama Beri Pana Sitepu (produser awal film), dengan menggandeng Benson Kaban, produser film layar lebar Perik Sidua-dua sebagai promotor.
“Saya optimis film Jandi La Surong akan sukses. Karena dalam proses film ini terjadi yang namanya team developtment atau pengembangan tim,” kata Analgin Ginting, Master Trainer.
Penayangan film di Cinepolis, Semanggi, diyakini akan banyak dihadiri, baik oleh tokoh-tokoh Karo maupun masyarakat umum. Saat ini Benson Kaban selaku koordinator penonton terus bekerja keras mencari sponsor dan memobilisasi penonton dengan konsep tiketing.
Sebelumnya, pada peluncuran Buku ‘Kades Karo Inspiratif’, di Hotel Sibayak Berastagi, 12 Desember 2023 lalu, Bupati Karo Cory Sriwati Sebayang, mengapresiasi kehadiran film ini.
Dalam siaran persnya, tim kreatif film ini mengatakan, “Jandi La Surong” merupakan Film Karo pertama, yang diproduksi secara massal di Tanah Karo bercerita tentang Karo, berbahasa Karo dan dikerjakan oleh sineas Karo.
Bahkan, Gideon Wijaya Ketaren menyebut film ini sebagai salah satu prasasti orang Karo.
“Ada dua hal penting dari film ini yakni, sisi kebudayaan, di mana film ini bisa menjadi bukti sejarah peradaban Karo. Film ini menjadi salah satunya bukti bahwa orang Karo eksis dan peradabannya ada. Kedua, bagaimana kelompok milenial Karo Millenial, bisa mengetahui apa yang terjadi di masa orangtuanya dulu. Bagaimana suasana di kampung akan tergambar di film ini,” tukasnya.
Gideon mengajak kalangan muda untuk menonton film Karo ini agar tak terlepas dari akar-akar kebudayaan Karo. “Saya sarankan pada generasi muda, wajib menonton supaya kalian tidak terlepas dari akar-akar kebudayaan Karo,” seru Gideon Ketaren. (RN)
Be the first to comment