Jakarta, innews.co.id – Gereja memiliki peran sentral dalam ikut menekan penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat. Untuk itu, gereja harus bersuara lantang, agar jemaat bisa lebih aware terhadap pandemi yang telah memakan banyak korban jiwa ini.
Hal tersebut secara lugas disampaikan Dr. Djoys Anneke Rantung, M.Th., yang menjadi narasumber dalam Webinar Nasional bertajuk ‘Meningkatkan Peran Gereja dan Lembaga Pendidikan Dalam Pengendalian Pandemi Covid-19’, yang dibidani oleh Magister Pendidikan Agama Kristen Universitas Kristen Indonesia (MPAK UKI), Sabtu (17/7/2021).
Djoys Rantung yang juga Kaprodi MPAK-UKI ini mengatakan, di masa sulit seperti sekarang ini, gereja dipanggil untuk mengalami ‘Biblical Faith’ dan menjadi sign of hope. Juga gereja dapat memainkan peran dalam ‘Dual Obidience’, sebab pada hakikatnya gereja adalah ‘Imago Dei’.
Selain itu, kata Djoys yang juga menggembalakan jemaat di GMIM ini, gereja harus dapat mewujudkan solidaritas diakonal dan hadir dalam ‘Mission Dei’.
“Agama tidak boleh mengarah pada pemahaman yang destruktif atau fatalistis, di mana menyatakan bahwa Allah adalah penyebab kehancuran, termasuk pandemi ini,” tegas Djoys. Demikian juga, harus dieliminir pemahaman tidak perlu takut pada wabah Covid-19 dengan dalih Allah akan menyelamatkan siapapun yang dikehendakinya.
Djoys menegaskan, nilai-nilai intrinsik agama harus memberikan jawaban yang rasional, humanis, dan demokratis.
Narasumber lain, Dr. dr. Max Rein Rondonuwu Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI menguraikan, pemimpin agama, organisasi berbasis agama dan komunitas agama dapat berperan dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi penularan Covid-19.
“Gereja dapat memberikan dukungan pastoral dan spiritual selama PPKM Darurat ini. Memberikan informasi yang benar, mencegah atau mengurangi rasa takut masyarakat, dan promosi praktik kesehatan yang benar,” imbuhnya.
Dia menambahkan, gereja memiliki kedudukan yang kuat di dalam masyarakat dan sangat didengar oleh umat. “Gereja bisa menjadi agen perubahan (agent of change) bagi masyarakat,” tukasnya.
Narasumber terakhir, Dr. Desi Sianipar Dosen MPAK UKI, menjelaskan peran lembaga pendidikan perlu diperkuat dengan memperbanyak penelitian terkait Covid-19 dari berbagai disiplin ilmu agar dapat memberi masukan bagi pengambil kebijakan.
“Selain itu, lembaga pendidikan bisa ikut menyuarakan hal-hal positif terkait penanganan pandemi, sehingga masyarakat lebih teredukasi,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment