Jakarta, innews.co.id – Berawal dari pengalamannya mengurus klien keluar dari lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang ternyata tidak mudah, membuat Novy Hariadi BCM., SH., berinisiatif membuat sebuah wadah yang tujuannya tidak saja memudahkan narapidana (napi) untuk keluar, tapi juga mengedukasi keluarga napi terkait prosedur yang harus dijalankan sebelum lepas dari tahanan.
Dia menerangkan, ada banyak hak-hak napi dalam Lapas, termasuk pembebasan. Misal, pembebasan bersyarat, asimilasi, atau bebas murni. Ada prosedur yang harus dilalui dan tidak semua napi dan keluarganya memahami hal tersebut. Begitu juga saat masih ada di dalam Lapas, ada banyak hal yang berkaitan dengan kepentingan napi.
“Disinilah saya berpikir perlu ada wadah untuk membantu kepentingan napi dan mantan napi. Selain itu juga membantu pemerintah, utamanya dalam mengedukasi keluarga napi. Mungkin selama ini sosialisasi tentang napi yang akan bebas agak kurang. Disitulah saya mau ambil peran,” kata Novy Hariadi, Ketua FKMWBL Jabodetabek yang juga dikenal sebagai pengacara.
Dengan penuh keberanian, pada Maret 2021, dirinya bersama rekan lain melaunching Forum Komunikasi Mantan Warga Binaan Lapas (FKMWBL). Dia langsung tancap gas untuk berkomunikasi dengan Kepala Lapas (Kalapas) Badan Pengawas Lapas (Bapas), kepolisian, dan stakeholder lainnya.
Gayung bersambut! Dalam tempo singkat respon luar biasa. Dari mulut ke mulut, nama FKMWBL makin dikenal. Bahkan, selang tiga tahun usai dirilis, wadah ini semakin populer. Jajaran pengurusnya pun kian sibuk. Mereka kerap dikontak, baik dari pihak Lapas maupun napi yang meminta bantuan mengurus kepentingan penghuninya.
“Alhamdulillah, sampai saat ini relasi Kalapas dan Bapas kami sudah semakin luas. Permintaan bantuan juga datang dari Lapas hampir seluruh Indonesia. Sepanjang kami bisa bantu, pasti akan turun langsung,” ujar Hariadi.
Melihat antusiasme napi dan keluarganya serta pihak Lapas yang demikian besar, Novy enggan jumawa. “Kami tetap berupaya membantu napi, mulai dari saat vonis dijatuhkan sampai ketika mengurus pembebasan. Tentu kami ingin semua proses itu bisa berjalan lancar,” imbuhnya.
Mitra Lapas
Dalam perjalanannya, FKMWBL menjadi ‘partner’ Lapas. Faktanya, kehadiran forum ini sangat membantu Lapas, di mana urusan administrasi napi bisa dilengkapi hingga bisa keluar.
Saat bertugas, forum ini juga memberikan syarat yang ketat dalam bentuk perjanjian sebelum napi menggunakan jasanya. Kalaupun ada cost untuk pengurusan dokumen, Hariadi memastikan pihaknya ‘mengawal’ napi secara profesional sampai keluar.
Saat ini, sambung Hariadi, pihaknya sudah menjalin kemitraan dengan 11 Lapas di Jabodetabek. Namun ada juga respon besar dari Jawa Timur, NTB, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, NTT, dan lainnya.
Dirinya juga menambahkan, kedepan FKMWBL berencana membuka perwakilan di sejumlah daerah lainnya di Indonesia. “Saya melihat respon positif, baik dari Dirjen Lapas, para Kalapas, Bapas, maupun keluarga napi, terhadap kehadiran forum ini,” tukasnya.
Hingga kini tercatat anggota forum ini mencapai hampir 3.000 napi dan residivis. “Secara otomatis, napi dan residivis yang keluar dari Lapas menjadi anggota FKMWBL. Kami beberapa kali melakukan silahturahmi untuk juga memantau kegiatan mereka pasca keluar dari Lapas. Bila ada peluang kami juga bantu salurkan,” imbuh Hariadi.
Berkutat di dunia napi, membuat Hariadi paham betul akan psikologi napi. Dirinya meminta masyarakat tidak under estimated kepada napi dan residivis, melainkan tetap membuka ruang bagi mereka untuk kembali hidup normal ditengah masyarakat. “Mungkin mereka punya dosa-dosa masa lalu. Tapi setiap orang pun pasti punya. Beri mereka kesempatan untuk berubah dan menjalani hidup dengan lebih baik,” pinta Hariadi.
Hariadi juga kerap memberi masukan kepada Dirjen Lapas maupun Kalapas demi perbaikan tata kelola Lapas yang lebih baik lagi. (RN)
Be the first to comment