Jakarta, innews.co.id – Sejatinya, pertandingan sepakbola harus menjunjung tinggi kemanusiaan, kerjasama, dan sportifitas, tidak hanya bagi tim yang bertanding, tapi juga para supporter yang menyaksikan secara langsung di stadion.
Sayangnya, hal tersebut tidak terjadi saat pertandingan antara Arema Malang dan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Malang, di mana telah jatuh korban ratusan jiwa melayang dan ratusan lainnya harus dirawat di rumah sakit.
“Saya menyampaikan duka mendalam atas tragedi Kanjuruhan, Malang, yang menelan jiwa lebih dari 130 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Doa saya bagi semua keluarga yang kehilangan ayah, ibu, anak atau saudara dalam tragedi ini,” kata Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonsaia (PGI) Pdt Gomar Gultom, dalam siaran persnya yang diterima innews, Minggu (2/9/2022) malam.
Menurutnya, sangat ironis, pertandingan sepakbola yang sejatinya menjunjung tinggi kemanusiaan, kerjasama dan sportifitas, harus berakhir tragis seperti ini.
“ni menjadi catatan hitam bagi dunia persepakbolaan Indonesia yang harus diusut tuntas dan tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja,” ujarnya.
PGI meminta Kapolri untuk mengusut tuntas sistem pengamanan dan penanganan kerusuhan pasca pertandingan yang memicu korban sebanyak itu. Saatnya juga Polri mengevaluasi kembali prosedur standar yang selama ini dipakai dalam pengendalian massa.
“Saya juga mengimbau dunia persepakbolaan Indonesia untuk bisa mendidik para supporternya agar menyikapi setiap pertandingan sebagai ajang pendidikan sportifitas dan kerjasama sekaligus sebagai hiburan, yang harus diakhiri dengan kesukacitaan, apapun hasil pertandingan yang diperoleh. Setiap kekalahan tim favorit harus diterima dengan lapang dada seraya menghargai dan memuji kemenangan tim lainnya yang menang,” seru Gomar.
Baginya, tak satu pun nyawa layak hilang untuk sebuah pertandingan sepak bola. (RN)
Be the first to comment