Jakarta, innews.co.id – Meski sejumlah nama telah bermunculan sebagai kandidat Calon Presiden RI, namun tidak ada satu orangpun yang berani melontarkan gagasannya sebagaimana layaknya seorang yang diusung sebagai Pemimpin Negara.
“Mungkin nama-nama sudah banyak bermunculan, tapi satupun dari mereka yang mencuatkan gagasan baru. Mungkin saja karena momentum Pilpres masih jauh. Tapi bagi seorang tokoh yang sudah digadang-gadang bakal maju nanti sudah sepatutnya menawarkan gagasan atau visi-misi sehingga publik semakin tertarik kepada sosoknya,” kata Ketua Umum Poros 98 Parlin Silaen, dalam keterangan persnya yang diterima innews, di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Dia menekankan pentingnya seorang kandidat Capres menawarkan gagasan atau visi misi, meski hanya dalam sebuah jargon.
Menurutnya, dengan adanya jargon dari seorang kandidat Capres, setidaknya opini publik digiring kepada deskripsi gagasan yang melekat pada kandidat Capres tersebut.
Saat ini, lanjutnya, publik hanya digiring pada tingginya tingkat elektibilitas dan popularitas calon yang didukungnya. “Kita cenderung menyoroti soal popularitas dan elektibilitas para kandidat Capres ketimbang gagasan yang mereka lontarkan,” ujarnya.
Parlin menambahkan, gagasan atau visi-misi adalah hal yang paling penting dalam hal menilai seorang kandidat Capres. Melalui gagasan yang dilontarkan, setidaknya publik dapat menilai seberapa layak seorang kandidat Capres untuk dipilih.
“Kita ini mau memilih calon pemimpin bangsa ke depan. Gagasan yang ditawarkan, visi-misi yang diemban itu hal yang paling penting. Lewat gagasan, visi-misi yang dibarengi track records seorang kandidat Capres, kita bisa melihat kredibilitas dan integritas seorang kandidat Capres. Sampai saat ini kami belum melihat adanya gagasan yang ditawarkan oleh para kandidat Capres,” jelasnya.
Poros 98 berharap momentum pesta demokrasi tahun depan dapat memunculkan gagasan-gagasan baru tentang kehidupan berbangsa dan bernegara, membawa kehidupan masyarakat yang lebih baik dalam segala aspek.
Bagi Parlin, pertarungan gagasan antara pasangan Capres-Cawapres dapat dijadikan ajang pembelajaran publik terkait kehidupan berbangsa dan bernegara yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Ajang perdebatan para Capres-Cawapres disertai gagasan yang ditawarkan selama masa kampanye merupakan proses pendidikan bagi publik yang bisa memperoleh informasi seputar permasalahan yang dihadapi oleh para pemimpin bangsa selama ini. Publik diajak untuk mengkaji masalah-masalah riil di berbagai bidang, sekaligus diajak untuk berperilaku demokratis. Belajar menghargai perbedaan pendapat dan belajar kritis dalam melihat permasalahan yang tengah dihadapi oleh bangsa ini.
Sejauh ini, sambungnya, Poros 98 belum melihat ada gagasan baru yang ditawarkan oleh para kandidat Capres. Dirinya berharap para kandidat itu sudah harus berani memunculkan gagasan atau visi dan misi yang akan mereka bawakan sehingga penilaian publik bisa lebih rasional.
“Kita bisa katakan Anies Baswedan atau Agus Harimurthi Yudhoyono adalah sosok kandidat Capres-Cawapres yang mewakili kelompok oposisi. Namun oposisi dalam hal apa? Apakah hanya dalam sikap politik saja? Kedua kandidat Capres ini seharusnya sudah mulai menawarkan gagasan, atau setidaknya jargon yang membentuk opini publik terkait sosok mereka. Sebaliknya juga dengan kandidat Capres yang lain, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Airlangga Hartarto, dan lainnya yang selama ini berada di lingkaran pemerintah. Mereka juga harus menawarkan gagasannya agar publik bisa lebih memberikan penilaian lebih dalam dan rasional soal dukungan terhadap para kandidat Capres ini,” serunya. (RN)
Be the first to comment