Jakarta, innews.co.id – Kericuhan yang terjadi saat pertandingan sepak bola antara Arema Malang dengan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu, 01 Oktober 2022, yang berakhir dengan kepiluan lantaran 125 suporter tuan rumah yang digelari Aremania itu harus meregang nyawa sia-sia dan 180 orang lainnya luka-luka, terasa begitu memilukan. Indonesia pun berduka. Bundarnya bola harus menelan korban jiwa ratusan orang.
Di hari yang sama, ratusan rumah warga di daerah Tapanuli Utara, Sumatera Utara, mengalami rusak parah, seorang meninggal dan puluhan orang luka-luka akibat didera gempa 6.0 skala Richter. Lagi-lagi, Indonesia kembali berduka.
Namun, di saat kedukaan masih mendera bangsa ini, selang dua hari pasca insiden maut tersebut, ada sekelompok orang yang tergabung dalam Partai NasDem, tanpa ada rasa empati sedikitpun terhadap apa yang dialami oleh saudara sebangsa dan se-Tanah Air, dengan pongahnya sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan calon presiden RI. Padahal, pemilihan Presiden baru berlangsung pada 2024 alias masih dua tahun lagi.
“Kekuatan sebuah parpol itu ada pada rakyat atau konstituen. Sementara rakyat lagi berduka, para petinggi parpol tersebut malah asyik mendeklarasikan capres unggulannya. Padahal, sosok yang diusung itu, oleh sebagian warga Jakarta dinilai sebagai produk gagal karena Jakarta yang selama ini dipimpinnya, bukan semakin bagus, malah porak-poranda,” celetuk Putri Simorangkir Ketua Umum Damai Nusantaraku (Dantara) — relawan Jokowi pada Pilpres 2019 lalu, kepada innews, Rabu (05/10/2022).
Putri menilai, sepertinya petinggi Partai NasDem tidak memiliki nurani dan kurang memahami betapa bangsa ini tengah menghadapi cobaan yang demikian besar, mulai dari bencana alam hingga kericuhan maut. “NasDem sepertinya senang menari diatas penderitaan saudara sebangsanya. Bukan ikut bersimpati atas apa yang terjadi, malah memilih deklarasi Capres, seolah takut kehilangan momen. Buru-buru umumkan Capres, sementara publik sudah paham, bahwa saat jadi menteri dipecat, lalu jadi gubernur, Jakarta malah tambah amburadul,” tukasnya.
Bagi Putri, sah-sah saja sebuah parpol mengumumkan capres yang mau diusungnya. Hanya saja, bila itu dilakukan di saat bangsa tengah berduka, Putri malah mempertanyakan. “Apakah masih layak dipilih parpol yang mengedepankan syahwat politiknya daripada ikut menangis bersama rakyat? Bangsa ini tengah berkabung, tapi kalian malah bersorak-sorak,” cetusnya.
Karenanya, kata Putri, tak heran bila pasca pengumuman capres itu, malah berbondong-bondong anggota dan simpatisan NasDem memilih hengkang. “Itu tidak bisa disalahkan. Orang tentu sudah bisa menilai, belum berkuasa saja, baik parpol maupun Capres yang diusungnya sudah berjoget ria diatas duka anak bangsa. Apalagi kalau sudah terpilih. Bisa-bisa yang dianggap anak bangsa hanya kelompoknya saja, sementara yang lain bak pengontrak di negeri ini,” imbuhnya.
Ironis memang. Namun, ‘tulah’ dari keputusan NasDem yang begitu buru-buru mendeklarasikan Capres, pasti akan diterima. “Rakyat Indonesia bisa antipati dengan parpol tersebut dan capres yang diusungnya. Saat ini saja hal tersebut sudah mulai bermunculan dimana-mana. Satu persatu mundur,” tandasnya.
Putri mengaku dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana bila parpol dan capres yang zero emphaty, memimpin bangsa ini. “Sangat menakutkan sekali membayangkannya,” pungkas Putri.
Secara khusus, Dantara mengucapkan turut berduka cita baik kepada para Aremania yang menjadi korban di Stadion Kanjuruhan maupun korban gempa bumi di Taput. Begitu juga mereka yang mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal bisa diberi kekuatan. “Sekalipun ada segelintir anak bangsa yang tidak peduli kepada kalian, namun kami tetap berempati dan selaly memberi dukungan,” seru Putri. (RN)
Be the first to comment