Jakarta, innews.co.id – Sebuah bangsa ibarat satu keluarga besar, di mana bila kalau ada yang sakit atau kesusahan haruslah ditolong. Satu sama lain harus menunjukkan rasa empati.
Hal itu dikatakan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Xs. Budi S. Tanuwibowo, dalam sambutannya pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili Tingkat Nasional, di Sasana Kriya TMII Jakarta, Kamis 26 Januari 2023.
Hadir pada perayaan akbar bertema “Teraturnya Negara Sesungguhnya Berpangkal pada Keberesan dalam Rumah Tangga” tersebut antara lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Pengurus MATAKIN dan umat Khonghucu.
Menko PMK menerangkan, saat ini tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan ekstrem. “Jumlah kemiskinan ekstrem di Indonesia sekarang mencapai 2,7 persen atau 1,4 juta keluarga. Kemiskinan akan jadi sumber dari berbagai macam ketidakberesan. Perilaku yang sebetulnya bisa terhindar, kalau menghinggapi orang miskin, maka itu akan terjadi dengan menghalalkan semua hal,” kata Muhadjir.
Menurutnya, tema yang diusung pada perayaan Imlek tahun ini sangat relevan dalam situasi sekarang. Ketahanan keluarga dinilai sebagai salah satu bagian yang harus mendapat perhatian serius. “Kita semua punya tanggungjawab untuk menyelamatkan keluarga dari neraka, baik neraka dunia atau akhirat,” seru Menko PMK.
Dia menambahkan, ketika neraka dunia menerpa keluarga, maka namanya harta, kedudukan dan cita-cita tidak ada maknanya sama sekali karena semua dilibas oleh neraka itu tadi.
Menko PMK secara khusus mengajak umat Konghucu untuk dapat memberikan kepedulian dengan bergotong royong untuk mengatasi kemiskinan ekstrem ini. “Kalau MATAKIN akan melakukan kegiatan bakti sosial atau pengabdian masyarakat untuk menghapus kemiskinan ekstrem, cukup datang ke desa,” ajaknya.
Menanggapi ajakan Menko PMK, Xs. Budi S. Tanuwibowo mengatakan, MATAKIN secara konsisten terus mendukung pembangunan bangsa dan manusia. Ini penting sesuai dengan gerakan yang dipelopori pemerintah berupa gerakan revolusi mental. “Sebuah bangsa sekaya apapun kalau manusianya kerdil dan jiwanya dangkal, maka sulit untuk membangun bangsa,” kata Budi.
Dikisahkan pula bagaimana perjuangan mengadakan perayaan Imlek secara terbuka di Indonesia. “MATAKIN juga bersyukur bisa menggelar perayaan hari raya tahun baru Imlek secara beruntun hingga saat ini,” kisah Budi.
Perayaan Imlek, sambungnya, pertama kali dilaksanakan di era Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 2000.
Ketika itu Budi bersama Bingky Irawan menemui Gus Dur ke Istana Negara dan meminta untuk dapat mengadakan Perayaam Imlek pertama yang dihadiri pimpinan negara dan seluruh masyarakat Khonghucu dan Tionghoa. “Saat itu, Gus Dur malah meminta agar Perayaan Imlek dilakukan dua kali dalam setahun,” kenang Budi.
Meski sempat kebingungan, namun akhirnya Perayaan Imlek pertama bisa diadakan di Balai Sudirman, Jakarta, dihadiri sejumlah tokoh bangsa, seperti Megawati Soekarnoputri, Akbar Tanjung, Amien Rais hingga Susilo Bambang Yudhoyono serta para duta besar negara sahabat.
Kini, tambahnya, Perayaan Imlek sudah yang ke-24 kalinya. Dan sebagai rasa syukur, juga digelar sejumlah rangkaian kegiatan antara lain sembahyang besar, menyembelih hewan. Kemudian juga ada pelantikan kepengrusan MATAKIN periode 2022-2026 hasil dari Munas ke-19. (RN)
Be the first to comment