Jakarta, innews.co.id – Penolakan Wayan Koster dan Ganjar Pranowo dan PDIP tidak menjadi dasar dari putusan FIFA membatalkan pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Ternyata Faktor paling dominan adalah tragedi Kanjuruhan yang merenggut jiwa puluhan orang serta antisipasi keamanan berdasarkan laporan intelijen. Justru penolakan dari PDIP dan kedua gubernur tersebut merupakan bentuk antisipasi pemerintah terhadap hal-hal buruk yang kemungkinan terjadi.
“Piala Dunia merupakan olahraga rakyat yang dilaksanakan dengan suasana happy. Kenyamanan dan keamanan perhelatan Piala Dunia menjadi prasyarat utama bagi FIFA. Sementara itu, tragedi Kanjuruhan jadi pertimbangan serius. Dengan kata lain, kalau untuk kompetisi dalam negeri saja tidak bisa dijaga keamanannya, bahkan sampai ada puluhan orang meregang nyawa, maka kekhawatiran akan terjadi hal serupa di Piala Dunia U-20 menjadi jadi alasan rasional dari pembatalan Pildun U-20 di Indonesia,” kata Teddy Mulyadi, Pelaksana Tugas Ketua Umum SGI–relawan Ganjar, dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (3/4/2023).
Dirinya meyakini, warning FIFA bahwa tragedi Kanjuruhan berpotensi membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Pildun U-20 sudah sampai ke Presiden Jokowi sebelum suara penolakan Wayan Koster, Ganjar Pranowo, dan PDIP. Di tragedi Kanjuruhan, FIFA sudah merilis bahwa ada kesalahan prosedur dalam penggunaan gas air mata. Namun, Presiden Jokowi tetap mencoba meyakinkan FIFA dengan mengutus Erick Thohir.
Selain itu, sejatinya sikap penolakan dari Wayan dan Ganjar dinilai sebagai bentuk upaya menjaga martabat bangsa. Jika Pildun U-20 tetap dilaksanakan, tentu gelombang penolakan dari kaum radikal akan semakin besar, berpotensi brutal, mengganggu kenyamanan dan Keamanan Piala Dunia U20 itu sendiri.
“Tersiar kabar, kelompok penolak radikal akan mengadakan demo berjilid-jilid di berbagai daerah, di mana Piala Dunia digelar di 6 stadion. Selain itu agenda mereka juga akan menyusup sebagai supporter bola, melakukan sweeping, penghadangan dan penyerangan kepada Tim Israel, dan menyulut kerusuhan baik di dalam maupun di luar stadion. Bila itu terjadi, maka dari FIFA akan semakin berat. Pildun U-20 bisa berhenti ditengah jalan, tentu akan sangat memalukan dan bisa berdampak pada cabang olahraga lainnya serta sanksi sosial dari masyarakat dunia” tukasnya.
Pada perkembangan terakhir pasca pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Pildun U-20, menurut Teddy, telah ada upaya penggorengan isu oleh kaum radikal. Ada indikasi dimanfaatkan oleh kaum radikal dan kelompok tertentu untuk memojokkan dan menista Ganjar. Bergeser dari gerakan penolakan Israel menjadi gerakan tolak Ganjar. Mereka menyamar sebagai pecinta dan supporter bola bermain di semua platform nedsos, menyebarkan narasi Ganjar dan PDIP penyebab pembatalan Pildun U-20
Ditanya soal dampak kepada Ganjar, Teddy mengatakan, “Sudah pasti ada, namun itu sifatnya hanya personal. Dia meyakini, dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah itu justru akan reborn, karena sudah semakin terkenal, menurutnya secara elektabilitas justru akan terus naik, pada saat mereka tahu bahwa sejatinya Ganjar telah menyelamatkan martabat bangsa dan negara.
“Saya meyakini alasan dibalik pembatalan FIFA terkait soal keamanan, justru akan menaikkan elektabilitas Pak Ganjar lebih tinggi” serunya.
Selain itu, dirinya berkeyakinan seluruh relawan Ganjar Pranowo akan tetap solid dan tidak terpengaruh dengan hal tersebut. “Kami sudah mendapat konfirmasi dari jajaran pengurus relawan Ganjar di seluruh Indonesia telah menyatakan tetap solid dan terus berjuang untuk mendukung dan memastikan Ganjar Pranowo sebagai Presiden 2024 nanti. (RN)
Be the first to comment