Medan, innews.co.id – Ditetapkannya pasangan Bobby- Aulia sebagai Wali Kota dan Wakil Walikota Kota Medan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan, kemarin, sekaligus menjadi puncak dari pesta demokrasi di Ibu Kota Sumatera Utara tersebut.
Saat ini, Medan resmi memiliki pemimpin yang akan memayungi daerah tersebut hingga 2024 mendatang. Secara khusus, tokoh masyarakat Sumut, Dr. R.E. Nainggolan, MM., menyambut hangat penetapan Bobby Nasution dan Aulia Rahman sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih oleh KPU Kota Medan. “Ini menjadi etape terakhir dari rangkaian proses Pilkada Kota Medan yang punya makna dan karakteristik khusus karena dilakukan ditengah pandemi Covid-19,” ujar Rustam Effendi kepada innews, Jumat (19/2/2021).
“Kita angkat topi dan mengapresiasi kinerja seluruh penyelenggara, KPUD dan Bawaslu Medan hingga seluruh petugas di TPS, Pemko Medan, dan semua pihak yang telah ikut berperan serta menyukseskan agenda penting tersebut,” katanya.
RE Nainggolan mengingatkan saat ini Bobby-Aulia bukan lagi milik satu pihak saja. “Lupakan soal nomor urut. Beliau berdua sekarang milik semua warga Medan, baik yang memilihnya maupun yang tidak. Di waktu yang sama, inilah saatnya seluruh masyarakat juga kembali bersatu, sebagai sesama warga yang tentunya memiliki perhatian dan kepedulian yang sama terhadap kemajuan kota tercinta ini,” tuturnya.
Menurut RE Nainggolan, tugas berat telah menanti Bobby-Aulia. “Tanpa mengesampingkan semua hal baik yang sudah dilakukan para pendahulunya, Kota Medan butuh pembenahan mendasar di banyak aspek. Mulai dari perbaikan jalan, kebersihan dan keindahan kota, perbaikan dan kebersihan saluran air untuk mencegah banjir yang selalu berulang, keamanan, peningkatan pelayanan publik, pelayanan kesehatan dengan BPJS untuk semua warga, dan berbagai hal yang juga sudah disebut dalam visi misi Bobby-Aulia,” urainya.
Secara khusus, birokrat kawakan yang pernah menjadi Sekdaprovsu dan Bupati Tapanuli Utara itu menyinggung soal ‘predikat buruk’ Kota Medan yang beberapa waktu lalu disebut sebagai kota terjorok di Indonesia. “Ini harus diterima sebagai cambuk untuk menjadi lebih baik. Manajemen dan pengelolaan sampah di Medan harus dibenahi secara menyeluruh,” serunya.
RE Nainggolan menambahkan, problem intoleransi yang belakangan ini kerap mencuat di Kota Medan juga harus menjadi atensi Bobby-Aulia, tentu saja bersinergi dan bekerja sama dengan unsur pimpinan daerah lainnya dan segenap komponen masyarakat, terutama para tokoh agama.
Tidak itu saja, RE Nainggolan juga mengimbau semua kepala daerah yang sudah selesai dari proses gugatan di Mahkamah Konstitusi agar sungguh-sungguh memberikan hati, waktu, dan pikirannya untuk membangun daerah. “Dengan situasi Indonesia sekarang, kemajuan sebuah daerah sungguh-sungguh tergantung kepada kepala daerahnya. Apakah mereka hanya menjalankan rutinitas apalagi yang bersifat formalitas dan normatif, atau bisa melakukan terobosan dan inovasi? Apakah mereka punya integritas sehingga terhindar dari jebakan korupsi, termasuk ketelitian dalam pengangkatan dan jenjang karier para staf yang sungguh-sungguh memperhatikan kemampuan, bukan soal-soal lain? Ini tantangannya,” katanya.
Lebih jauh RE Nainggolan menitikberatkan perlunya membangun dan memperkuat jaringan, terutama dengan Pemerintah Pusat dan provinsi. “Jangan menjadi seperti raja yang merasa tidak membutuhkan siapa pun. Tak akan berhasil jika pola pikirnya seperti itu. Pemerintahan itu sebenarnya satu kesatuan dalam semua tingkatan. Semua harus sinergi, saling terkait, saling membutuhkan, saling mendorong. Barulah pembangunan bisa terwujud dan yang lebih penting lagi, memberi manfaat optimal bagi seluruh warga masyarakat,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment