Jayapura, innews.co.id – Meninggalnya aktivis kemerdekaan Papua bernama lengkap Filep Jacob Semuel Karma (62 tahun) pada Selasa, 1 November 2022, yang dugaan sementara karena tenggelam saat berenang menyisakan dukacita mendalam dalam hati Dr. Pieter Ell, pengacara ternama asal Papua.
Sederet kenangan yang pernah ia lalui bersama pria yang akrab dipanggil Filep Karma dan dikenal dengan sebutan ‘Kaka Tuan’ ini masih membekas di alam pikirannya.
“Saya sangat terpukul atas kepergian sosok yang selama ini begitu konsisten menyuarakan hak-hak orang Papua,” kata Pieter Ell, dalam keterangan persnya yang diterima innews, Selasa (1/11/2022).
Kepergian Filep Karma, lanjutnya, terasa begitu mendadak. Baginya, Filep Karma merupakan sosok yang sangat baik dan memang punya hobi berenang. “Setahu saya, beliau itu sangat hobi berenang di Tirta Mandala,” ujar pengacara Baim Wong ini.
Seperti diketahui, jasad Filep Karma yang telah tak bernyawa ditemukan oleh warga sekitar pukul 07.00 WIT di Pantai Base G, Jayapura. Menurut keterangan kepolisian setempat, setelah dilakukan visum luar, tidak ada ditemukan tanda-tanda kekerasan sebagai akibat kematian Filep Karma.
Lebih jauh Pieter mengisahkan, sosok Filep Karma merupakan mantan kliennya saat didakwa makar atas Kasus Biak berdarah pada tahun 1998 silam. “Kasus beliau ini merupakan kasus politik pertama yang saya tangani ketika masih bergabung dengan LBH Jayapura. Saya bersama beberapa rekan lainnya menjadi kuasa hukum almarhum,” ungkap Pieter Ell yang juga Ketua DPC Peradi Papua terpilih ini dengan mata berkaca-kaca.
Pieter masih ingat betul saat persidangan, ketika hakim menanyakan tentang kebangsaan dan pekerjaan almarhum, dengan taktis Filep Karma dengan lantang berujar bahwa dirinya berkebangsaan Papua dan bekerja sebagai pegawai magang di Republik Indonesia.
Jawaban almarhum sangat membekas diingatan Pieter Ell. Apalagi selama proses persidangan, tim kuasa hukum yang membela almarhum Filep Karma mendapat banyak tekanan dari luar.
“Pergerakan kami sangat terbatas waktu itu, sampai kami harus menginap di rumah warga. Namun demikian ada banyak dukungan juga, di mana masyarakat selalu berdoa. Setiap hari Minggu kami mendapat dukungan doa dan hari Senin pagi, sebelum persidangan kita ibadah bersama di depan kantor pengadilan dengan dihadiri oleh ribuan masyarakat pendukung,” kenangnya.
Pieter mengaku terakhir ketemu dengan almarhum sekitar Mei 2022. Bahkan sempat makan malam bersama. “Terakhir ketemu langsung pada Mei 2022 di daerah Ruko Dok II. Kita makan malam dengan Haris Azhar dan waktu itu beliau sempat mengatakan puji sukur karena semua masih dapat bertemu dan makan malam bersama,” tuturnya.
Pieter Ell mengaku sangat terpukul dengan kepergian Filep Karma. Pria asli Papua kelahiran 15 Agustus 1959 itu adalah aktivis kemerdekaan Papua. “Saya benar-benar merasa kehilangan atas kepergian sosok yang selama ini ikonik dengan bross bendera Bintang Kejora (BK) yang disematkan di bagian dadanya itu,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment