Jakarta, innews.co.id – Invansi Rusia kian membabi-buta dengan memblokade rute laut pasokan makanan. Akibatnya, kelaparan mengancam dunia.
“Ukraina adalah pengekspor gandum dan beragam pangan lainnya ke berbagai negara, termasuk Afrika. Perang membabi-buta Rusia membuat negara itu memotong akses transportasi di Laut Hitam, selain menduduki bagian-bagian penting wilayah. Karena blokade wilayah dan laut ini, rute perdagangan tradisional kami terblokade,” ungkap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada acara “Heart-to-Heart, Presiden Volodymyr Zelenskyy Talks to Indonesia”, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Jumat (27/5/2022) sore.
Acara hybrid yang secara daring diikuti lima ribuan peserta dari 79 negara di antaranya, Kuwait, Mexico, Fiji, Filipina, dan negara-negara lain, termasuk Indonesia sebagai tuan rumah.
Meski upaya mensupplai pangan dilakukan melalui rute kereta api ke pelabuhan Eropa, namun kini musnah karena Rusia juga memotong jalur, menghancurkan jembatan, dan jalan-jalan kereta api.
“Krisis telah terjadi untuk gandum dan pangan, dan ini merupakan bencana,” kata Zelenskyy. Mengutip estimasi PBB tentang kemungkinan buruk terjadinya kelaparan di beberapa belahan dunia, terutama negara-negara yang selama ini secara tradisional merupakan negara importir gandum dan pangan Ukraina. “Yang paling nyata adalah meroketnya harga-harga pangan dalam waktu dekat,” tukas Presiden Zelenskyy.
Presiden Ukraina menegaskan, sejatinya tidak boleh negara aggressor seperti Rusia dibiarkan dunia melakukan segala jenis keburukan itu tanpa mendapat hukuman. “Tidak ada negara yang akan merasa aman kalau hal ini dibiarkan tanpa hukuman dari masyarakat dunia,” tuturnya.
Terkait kerugian perang, lanjut Zelenskyy, selama ini Rusia sudah menghancurkan lebih dari 600 institusi kesehatan, rumah sakit, rumah sakit bersalin, serta 2000 universitas dan sekolah-sekolah. “Banyak sekali gereja-gereja dan tempat ibadah lainnya yang mereka hancurkan,” tambahnya.
Kedepan, ujarnya, rakyat Ukraina dan dunia akan menghadapi kemungkinan terburuk, termasuk penggunaan senjata biologi, kimia, dan nuklir. “Ini sudah lama berlangsung, kami diserang. Mereka bahkan mengancam dunia dengan senjata nuklir,” serunya.
Dalam kesempatan tersebut Presiden Zelenskyy menyatakan sangat berterima kasih kepada Presiden Indonesia untuk undangan menghadiri G20 Summit. “Kami menerima undangan tersebut dengan penuh rasa hormat. Mudah-mudahan dunia dapat memberikan solusi terhadap masalah ini, dan kita tidak akan melihat dampak yang lebih besar lagi. Semoga kekejaman ini dapat dihentikan,” imbuhnya.
Di sesi tanya jawab, mantan Duta Besar Indonesia untuk AS yang menjadi moderator acara tersebut, Dino Patti Djalal, bertanya tentang peluang Ukraina memenangkan perang melawan Rusia yang memiliki persenjataan 20 kali lipat tersebut.
Menurut Zelenskyy, warga Ukraina meyakini pihaknya akan memenangkan peperangan. Hal itu terutama karena moral dan semangat pasukan dan para pejuang kemerdekaan Ukraina sangatlah tinggi. “Kami berjuang untuk kemerdekaan negara, untuk keluarga, anak-anak, pasangan kami, orangtua. Moral kami sangatlah tinggi,” serunya.
Menurutnya, hal itu berbanding terbalik dengan kondisi moral pasukan Rusia. “Kepemimpinan Rusia tidak menghormati tentara mereka sendiri dan hanya untuk memuaskan selera politik. Mereka memiliki peralatan militer, namun dikalahkan dan mundur. Kami memiliki sikap yang berbeda dengan mereka,” tegasnya.
Soal adanya pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi Sekjen PBB, menurut Zelenskyy, pihaknya melihat bahwa pembicaraan itu digelar karena pihak Rusia ingin menunda-nunda agar dapat beristirahat, memobilisasi pasukan, dan menarik peralatan militer, atau membelinya dari negara lain.
“Mereka ingin menunjukkan kepada komunitas internasional bahwa mereka lebih dekat dengan beberapa negara. Mengenai dialog nyata, saya tidak bisa melihat adanya perkembangan substansial. Saya belum mendapatkan respons dari mereka (Rusia) atas proposal untuk menghentikan peperangan ini dari awal negosiasi,” akunya. (RN)
Be the first to comment