
Jakarta, innews.co.id – Melalui program televisi Russia Beyond The Headlines Indonesia, sejatinya propaganda yang dijalankan Rusia di Indonesia telah dilakukan sejak 2016 silam.
“Propaganda Rusia menggunakan unsur Islam dan disajikan kepada masyarakat melalui Russia Beyond The Headlines (RBTH) dalam bahasa Indonesia,” ungkap Radityo Dharmaputra, dosen di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, dalam keterangannya yang diterima innews, Kamis (21/7/2022).
Kita kembali diingatkan pada 2018 lalu, terjadi debat kusir di layar kaca tentang ‘Putin’ antara politisi Partai Gerindra, Fadli Zon dan politisi Partai Solidaritas Indonesia, Tsamara Amany, dalam program tersebut.
Menurut Radityo, rakyat Indonesia sangat sensitif terhadap isu yang berkaitan dengan Islam. “Rusia telah memanfaatkan ini sejak 2016. Ketika Rusia menginvasi Suriah pada 2016 setelah berbagai komunitas Islam melakukan demonstrasi anti-Rusia besar-besaran,” bebernya.
Dia menambahkan, Kedutaan Rusia dan RBTH sengaja mengincar (pembaca) kaum Muslim. “Hingga saat ini, Rusia telah memberikan banyak beasiswa dan mendanai program studi Rusia di Indonesia,” ujar Junior Research Fellow di Universitas Tartu, Estonia yang meneliti pengaruh Rusia di Indonesia itu.
Dikatakannya, banyak lulusan dari program studi tersebut, menyebarkan propaganda Rusia tentang Islam dan Barat. Kemudian secara aktif mendukung retorika Kedutaan Rusia selama perang ini berlangsung. “Strategi ini digunakan karena dengan menggaet pembaca Islam dari usia muda akan didapatkan persinggungan dukungan yang diberikan oleh lebih dari 200 juta umat Islam Indonesia terhadap Palestina,” tambahnya.
Kondisi ini, sambungnya, diperkuat oleh peran media lokal sehingga memperkuat diskursus masyarakat tentang standar ganda serta perbandingan keterlibatan Barat dan Amerika Serikat dalam situasi di Ukraina.
Mirip dengan Radityo, Endy M. Bayuni, mantan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post dan anggota Dewan Pengawas Facebook menilai kebijakan AS dalam konflik Israel-Palestina turut andil dalam sentimen anti-Amerika di kalangan masyarakat Indonesia.
Awalnya, program RBTH dijalankan oleh organisasi nirlaba otonom TV-Novosti bentukan kantor berita milik negara Rusia (RIA) Novosti. Sementara itu, RBTH versi bahasa Indonesia merupakan sebuah proyek buatan harian Rossiyska Gazeta pada 2007 yang kemudian diambil alih oleh TV Novosti pada 2017. (RN)
Be the first to comment