Jakarta, innews.co.id – Tudingan yang ditujukan terhadap Ganjar Pranowo dinilai sebagai bentuk pembunuhan karakter. Sebab faktanya, kian hari semakin banyak rakyat mendukung Gubernur Jawa Tengah tersebut untuk maju menjadi The Next President Indonesia.
Beberapa waktu lalu, politisi PDI-Perjuangan menyebut Ganjar Pranowo dengan ungkapan ‘kemlinthi’ dan tidak menghormati Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Istilah dalam Bahasa Jawa ini berkonotasi negatif. Lebih kurang artinya, ‘sok’, biasanya dipakai untuk menilai cara orang berbicara atau berpenampilan.
“Silahkan kalau memang berseberangan dengan pilihan mayoritas rakyat Indonesia, tapi jangan memberangus atau melakukan provokasi negatif yang terkesan membunuh karakter orang lain,” ujar Rimhot Turnip Sekretaris Jenderal Seknas Ganjar Indonesia (SGI), dalam siaran persnya yang diterima innews, Sabtu (4/6/2022).
Dia menambahkan, kader internal partai berkompetisi itu wajar. Tetapi jangan memberangus pilihan rakyat karena kepentingan sepihak.
“Rakyat punya hak pilih secara independen. Jangan partai jadi arogan dengan merendahkan calon pilihan rakyat. Padahal, masih sebagai salah satu kader partai, masa harus dihina dan dizolimi karena dipilih rakyat sebagai Capres mendatang. Mestinya pembesar partai mau mendengar suara rakyat sebagai Vox Populi Vox Dei,” tukas Rimhot lagi.
Lebih jauh, Rimhot menguraikan, hasil survei yang telah dilakukan beberapa lembaga survei nasional menunjukkan, Ganjar Pranowo tidak pernah keluar dari 3 besar, Calon Presiden yang diinginkan rakyat pada Pilpres 2024 mendatang.
“Tentu rakyat punya alasan mengingini Capres seperti Ganjar Pranowo. Beliau pasti punya kelebihan dan keunggulan. Salah satunya, beliau dia pemimpin yang rendah hati, merakyat/pro rakyat, tegas dan tidak ada tawar-menawar dalam memperjuangkan rakyat,” bebernya.
Terkait, seringnya hadir di media sosial, menurut Rimhot, karena lewat medsos itu rakyat bisa melihat jejak digital bagaimana integritas, kinerja, visi pemimpin, dan hal lainnya, yang bisa dinilai apakah pencitraan atau memang apa adanya. “Pemimpin kalau secara medsos saja tidak bisa dekat, apalagi mau bertemu langsung melihat rakyat pastilah tidak bisa. Orang yang takut diliput atau kurang di medsos bagaimana rakyat tahu kinerjanya,” timpalnya.
Lanjut Rimhot mengatakan, kehadiran SGI yang merupakan relawan murni dan buah dari gerakan dari bawah yang lebih realistis melihat keadaan serta kondisi masyarakat, adalah dukungan terhadap keinginan dan mimpi sebagian rakyat Indonesia yang merindukan sosok pemimpin seperti Ganjar Pranowo.
“SGI adalah organisasi lepas dan tidak terkait dengan Undang-Undang Pemilu, sehingga tidak ada pelanggaran yang dilakukannya. Relawan bergerak atas kesadaran sendiri melihat kecenderungan pilihan Capres mendatang, bukan karena ambisi pribadi Ganjar Prabowo,” urainya.
Meski demikian harus diakui, sambungnya, saat ini Relawan SGI memiliki kekhawatiran jika sampai waktunya Ganjar Pranowo tidak diusung oleh partainya. “Bila demikian, maka relawan ingin menunjukan kepada partai yang menaunginya maupun partai lain, bahwa Ganjar Pranowo memiliki tingkat elektabilitas yang tinggi dan paling layak untuk diusung,” imbuhnya.
Bagi SGI, Ganjar Pranowo adalah gubernur sederhana yang tidak memungkinkan membiayai modal pencapresan dirinya. Oleh karenanya relawan bergerak secara swadaya dan swadana, bukan karena diarahkan oleh Pak Ganjar, sehingga murni sebagai gerakan rakyat dari akar rumput, yang dilandasi kesadaran bersama bahwa Indonesia harus dipimpin orang yang jelas track recordnya dalam hal integritas, komitmen kebangsaan yang murni ideologi Pancasila, punya kapabilitas mumpuni, dan visioner.
“Kami meyakini Ganjar adalah orang yang mampu melanjutkan pencapaian pembangunan yang telah dilakukan Pak Jokowi, bahkan meningkatkannya untuk menuju Indonesia yang adil, sejahtera, dan maju bisa sejajar dengan negara industri maju lainnya,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment