
Jakarta, innews.co.id – Kasus perceraian Theo Simorangkir dan Margaretha Sihombing memasuki tahap persidangan awal di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (23/11/2021). Dalam sidang tersebut, hakim baru memeriksa kelengkapan dokumen. Alhasil, sidang dilanjutkan di Minggu depan.
Ditemui usai sidang, Djonggi Simorangkir ayahanda dari Theo mengakui, dirinya bersama istri terpukul dengan kejadian yang dialami anaknya. “Terakhir, dia (Margaretha) ketemu Theo pada Januari 2021. Dengan dalih membawa kedua putrinya dan akan mengembalikan di pertengahan Januari, namun ternyata malah raib sampai sekarang. Tak tahu dimana rimbanya,” terang doktor ilmu hukum ini kepada innews di PN Jakpus, Selasa (23/11/2021).
Tak hanya itu, Margaretha juga diduga melakukan penganiayaan terhadap Rumindang Radjagukguk, istri Djonggi, saat mau menjemput putrinya di kediaman Djonggi, di Apartamen @1 Cik Di Tiro, Menteng, Jakarta Pusat. “Sungguh memalukan, putri seorang yang katanya pendeta, bahkan mantan Sekjend HKBP, ternyata kelakuannya kasar dan barbar. Tega dia memukul mertuanya yang sudah usia lanjut,” tukas Djonggi lagi.

Padahal, lanjut Djonggi, saat menikah, sebagai tanda adat dalam budaya Batak yang dikenal istilah tuhor ni boru, Djonggi dan istri harus merogoh kocek sebesar Rp.250 juta. Itu belum termasuk biaya pesta pernikahan yang mewah.
Setelah menikah, guna mengangkat derajat menantunya, Djonggi pun menyekolahkan Margaretha agar dapat gelar Master Kenotariatan dan kurator. “Saya kasihan dengan dia, maka saya sekolahkan lagi. Bahkan, sampai diambil sumpah sebagai advokat di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Semua saya urus,” kisah Djonggi.
Pun Rumindang memberikan seperangkat perhiasan bagi Margaretha dan dua cucunya yang lucu-lucu itu. Juga, saving money bernilai ratusan juta untuk kedua cucunya agar Theo dan istri tidak terbebani. “Kami sudah berikan segalanya agar mereka bisa merasa aman dan terjamin dalam meniti karir,” tukas Djonggi.

Tapi, rupanya air susu dibalas air tuba. Perilaku Margaretha mulai berubah, menjadi bak wanita kosmopolitan yang serba glamour. Prahara pun mulai merebak di kehidupan rumah tangganya. Hingga sampai ke ruang sidang.
Djonggi berharap, masalah ini bisa selesai. “Bukan saya atau Theo yang menginginkan perceraian itu. Tapi dia yang menginginkan dengan menghilang entah kemana, tak mengurus suaminya. Saya hanya mengurus legal formalnya saja,” pungkas Djonggi. (RN)
Be the first to comment