Oleh : Johari, SH., M.Kn*
TAAT beribadah (surplus pahala), namun setelah diaudit, ternyata termasuk golongan orang yang bangkrut. Sungguhlah termasuk orang yang amat merugi. Siapakah golongan mereka itu? Kenapa ibarat sudahlah jatuh tertimpa tangga pula? Malang nian nasibnya di Yaumil Mahsyar kelak.
Banyak orang yang terjerumus dan tergelincir oleh godaan setan, terperangkap oleh “jebakan batman setan”, yakni menjadi bangga dengan ilmu, gelar, status sosial, kekayaan dan bahkan ketaatan ibadah.
Mari kita cermati penyebab sombong itu, antara lain, meski tidak terbatas pada hal berikut:
1. Bertambah ilmu dan gelar akademik tinggi (S3). “Padahal tidaklah Kami berikan kamu ilmu itu, kecuali sedikit”. Ilmu sedikit saja sudah sombong, apalagi banyak? Jangankan dengan mahluk hidup lain, dengan Samsung saja kita sudah kalah kelas, gelar kita cuma mentok S3, sedangkan Samsung sudah S10. Beda jauh kelasnya.
2. Bertambah pangkat, status jabatan sosial. Jadi pejabat tinggi dan/atau orang terpilih itu juga terbatas waktunya, sesudah pensiun dan tidak menjabat lagi, tentu kemudian jadi orang biasa. Barulah sadar banyak kezaliman yang dilakukan ketika menjabat. Tapi apakah daya? Kewenangan sudah tidak ada lagi. Penyesalan selalu datang terlambat. Contohnya: Kan ‘an, Firaun, dan lainnya.
3. Orang kaya. Baik orang kaya betulan maupun OKB (Orang Kaya Baru). Yang terakhir ini memang lebih sering belagu. Suka pamer harta dimana-mana. Timbul kesombongan karenanya. Seolah kaya itu semata-mata karena kepintaran dan usahanya belaka. Memandang rendah dan remeh kepada orang lain, terutama kaum fakir miskin. Bukannya memperbanyak sedekah jariah, tapi tambah pongah. Padahal semua yang ada pada kita adalah titipan-Nya. Hanya Allah yang Maha Kaya, kita hanya “pemegang hak pakai saja”. Contohnya, Karun dan lainnya. Kunci gudangnya saja terbuat dari emas.
4. Bertambah ketaatan dalam ibadah, merasa paling taat di antara yang lain. Baru saja sebentar menjadi orang taat karena mendapat hidayah dan jadi ustadz, namun gayanya sudah berlagak sebagai ahli surga saja. Orang lain selalu dianggap kafir dan calon tetap penghuni neraka. Masya Allah! Padahal, tiap hari kerjanya masih kerap ngobrol jual kecap di warung kopi, bukan dakwah/ngaji di masjid, surau dan mushalla. Apa jadinya ustadz yang seperti ini? Merasa sudah taat dan sudah mendapatkan berkat.
Sombong itu sifat negatif. Selain selalu meremehkan dan memandang rendah orang lain, ada hal yang lebih penting untuk dipahami dan paling berbahaya dari sifat sombong itu yakni, sikap yang suka menolak kebenaran. Hanya dia saja yang dianggap paling benar dan tahu. Indikatornya selalu enggan bertanya kepada orang lain, walaupun dia sendiri tidak mengetahui dengan benar tentang suatu hal tersebut.
Saudaraku, semoga kita terhindar dari sifat sombong dan takabur itu. Abaawasthak bara naminal kafirin (sungguh orang takabur/sombong itu adalah golongan kafir).
Lalu siapakah pula yang termasuk orang taat ibadah, tapi tergolong bangkrut itu?
Suatu kali bertanyalah sahabat kepada Rasulullah tentang apa sebab musabab orang taat tapi bangkrut. Apakah orang taat yang bangkrut itu tidak shalat, tidak puasa, tidak zakat dan tidak menunaikan Ibadah haji?
Rasullullah menjelaskan, mereka itu taat menunaikan shalat, rutin puasa Ramadhan dan puasa sunnat, zakat fitrah dan mal selalu dibayarkan dan telah menunaikan haji serta tiap tahun melaksanakan umrah.
Lalu sahabat heran, apa yang sesungguhnya menyebabkan mereka sampai jadi bangkrut? Kenapa bisa demikian? Believe or not? Cayak ndak cayak, bahasa gaulnya.
Rasulullah menjelaskan, bahwa penyebabnya adalah mereka yang tidak peduli dengan tetangganya dan gemar memutuskan tali persaudaraan. Hablum minallah baik, tapi hablumminannas buruk”.
Rasullullah lebih lanjut menerangkan di Yaumil Mahsyar kelak akan diperhitungkan semuanya dengan seadil-adilnya. Tidak ada kebatilan yang tidak terbalaskan dengan adil. Sungguh Allah Hakim yang seadil-adilnya.
Ketika orang taat tersebut menghadap Allah SWT, akan memperhitungkan pahala shalatnya. Ketika itu pula datanglah tetangga yang pernah difitnahnya semasa hidup minta keadilan. Maka diberikanlah pahala shalatnya itu kepada tetangga tersebut.
Kemudian ketika dia hendak menyetorkan pahala puasanya. Datanglah rakyat yang pernah dizalimi ketika ia berkuasa untuk minta keadilan, maka diberikanlah pahala puasanya kepada rakyat yang dizaliminya tersebut.
Dan ketika dia akan menyetorkan pahala zakat, datanglah rekan bisnisnya yang pernah dicuranginya minta keadilan. Maka diberikanlah pahala zakatnya kepada teman bisnisnya tersebut.
Kemudian tatkala dia akan menyetorkan pahala haji dan umrahnya, datanglah teman sekampungnya yang merasa difitnah ketika pileg/pilkada, yang karena fitnah itu yang bersangkutan kalah dan untuk itu minta keadilan. Maka diberikanlah pahala haji dan umrah itu kepada teman sekampung tersebut. Sungguh tragis nasib orang yang demikian.
Akhirnya, habislah semua pahala ibadahnya tersebut dan jadilah ia sebagai orang yang taat ibadah tapi bangkrut. Nauzubillah!
Saudaraku yang budiman, semoga kita termasuk orang yang tidak sombong dan beruntung, bukan golongan yang taat tapi bangkrut. Kullulinafsin zaikatul maut.
Tiap kita akan kembali keharibaan-Nya dan menghadapi pengadilan di Yaumil Mahsyar kelak. Pada saat itu semua anggota tubuh akan memberikan kesaksian. Maka kebatilan manakah yang dapat diingkari?
Semoga kita mau bertafakur dan bertobat, dengan menginsyafi segala kesalahan yang telah dilakukan di ujung Ramadhan kali ini. ***
* Penulis adalah Notaris/PPAT senior di Kota Batam, Kepulauan Riau dan mantan Ketua Pengurus Wilayah IPPAT dan Wapengwil INI Riau
Be the first to comment