Jakarta, innews.co.id – Kain tenun Sumba tidak hanya mempesona, tapi juga memiliki makna yang dalam dibalik motif-motifnya yang kebanyakan berupa gambar hewan. Keindahan tenun Sumba menjadi sebuah kekayaan Indonesia yang bisa dipromosikan ke mancanegara. Di sisi lain, kehidupan para penenun di daerah Sumba pun harus diperhatikan.
Hal ini dikatakan Putri Simorangkir Ketua Bidang Sosial Budaya Baskara, sebuah komunitas anak bangsa, kepada innews, Jumat (12/2/2021). “Kain tenun Sumba sangat layak dipromosikan. Bukan saja indah mempesona, tapi juga dihasilkan dari kekayaan alam setempat,” jelasnya.
Putri berkeyakinan, bila dipromosikan dengan baik, kain tenun Sumba akan lebih dikenal hingga mancanegara. Bila demikian, maka kesejahteraan para penenun di Sumba pun akan lebih baik lagi.
Dia menerangkan, proses pengerjaan kain tenun Sumba memakan waktu lama, mulai dari meramu tumbuhan sebagai pewarna, dilanjutkan dengan proses pengikatan menggunakan daun gewang dan proses penjemuran.
“Kain tenun asli Sumba merupakan kerajinan tangan tradisional. Demikian pula pewarnaan benang yang digunakan masih menggunakan bahan-bahan alam dari kekayaan bumi yang dipijaknya,” urai Putri.
Seperti yang ia saksikan dari sosok Rambu Ata Pau putri raja Sumba yang dengan kesederhanaannya mau berjerih lelah menenun kain. Bukan semata untuk dijual, tapi juga dapat menjaga warisan leluhurnya turun temurun.
Rambu Ata Pau yang tinggal di Kampung Umabara-Pau, Waingapu – Melolo, NTT, ini sehari-hari menenun kain. “Bagi saya, sosok Rambu Ata Pau adalah wanita tangguh pelindung budaya tenun Sumba. Beruntung kita memiliki wanita seperti Rambu Ata Pau,” ujar Putri lagi.
Tak hanya melestarikan tenun Sumba, sambung Putri, Rambu Ata Pau juga seorang penjaga situs-situs berupa rumah adat dan makam raja-raja yang tak lain adalah nenek moyangnya agar tidak tergilas modernisasi.
Putri sangat berharap pemerintah dapat memberikan dukungan serta bantuan agar pengrajin tenun seperti Rambu Ata Pau dan teman-teman disana dapat lebih mengembangkan hasil karya mereka yang indah dan unik ini. Dengan begitu budaya Sumba dapat dipertahankan. “Saya merindukan Rambu Ata Pau dan penenun lainnya bisa maju di era modern ini, tapi tetap mempertahankan budaya kain tenun Sumba,” tukasnya. (RN)
Be the first to comment