Jakarta, innews.co.id – Pergumulan empat hamba Tuhan dari latar belakang pelayanan yang berbeda-beda, akhirnya terjawab sudah. Kini, mereka terhimpun dalam God Cares Church Indonesia Sejahtera (GCC-IS), yang bernaung dalam Sinode Gereja Allah Peduli Indonesia (GAPI).
Keempat hamba Tuhan yakni, Pdt. Wilson Lumbantobing (dari Gereja Kristen Protestan Indonesia), Pdt. John J. Manoppo (Gereja Prebyterian Indonesia/GPI dan Rise and Shine Ministry), Pdt. Dr. Syarif Oppusunggu (GPI, pimpinan penerbit buku, dosen, dan asesor BNSP), dan Pdp. Jaya Siahaan (Gereja Bethel Indonesia). Awalnya, mereka berencana membentuk gereja misi untuk melayani dan memberitakan kabar baik kepada masyarakat miskin dan marginal di Indonesia.
Sampai akhirnya mereja dipertemukan dengan pasangan suami-istri Pdt. Alvonce Poluan dan Pdt. Tan Lie Lie, pendiri GAPI dan STT Anugrah Indonesia Surabaya. Lalu, Pdt. Alvonce menawarkan para hamba Tuhan ini untuk bergabung.
Dalam pelayanannya, GAPI mengusung trilogi kemandirian yakni, mandiri dalam kepengurusan, keuangan, dan aset. Setelah digumuli bersama, akhirnya bergabunglah mereka di GAPI, yang kemudian membentuk GCC-IS Jakarta.
“GCC-IS akan bermitra dengan gereja-gereja lintas sinode untuk bersama-sama melayani di ladang misi dan memberdayakan masyarakat miskin dan marginal,” kata Pdt. Wilson Lumbantobing, kepada awak media, usai dikukuhkan, Sabtu (21/10/2023) malam.
Penahbisan dan peresmian dilakukan oleh Pdt. Alvonce Poluan (Ketua Umum Sinode GAPI), Pdt. Jafray Maleke (Sekum GAPI), Pdt. Tan Lie Lie (Ketua II), Pdt. Glen Gouw (Koordinator MD GAPI DKI Jakarta), Pdt. Hertanto (Koordinator GAPI Jabar), dan Pdt. Yunus Ramba dan Pdt. F. Rombot (Koordinator GAPI Sulsel), serta puluhan jemaat GAPI.
“Kami berharap dengan dilantiknya para hamba Tuhan ini bisa lebih meningkatkan pelayanan kepada warga yang termarginal. Karena ini juga menjadi salah satu panggilan pelayanan GAPI,” kata Pdt. Glen Gouw.
Sementara itu, Pdt. John Manoppo yang selama telah aktif melayani warga disabilitas mengaku, melayani kelompok marginal itu tidak mudah. “Butuh komitmen, dedikasi, dan pengorbanan yang ekstra. Namun, mereka juga adalah ciptaan Tuhan yang harus dilayani,” ujarnya.
Di sisi lain, Pdt Syarif Oppusunggu mengajak semua pihak untuk bersama-sama terlibat dalam pelayanan kelompok marginal. “Topangan baik dari pribadi-pribadi, persekutuan, maupun gereja akan memperkuat pelayanan ini dan menjangkau lebih banyak jiwa lagi,” pungkasnya. (RN)
Be the first to comment