Jakarta, innews.co.id – Sejatinya, Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang cukup tangguh.
Ini dibuktikan ketika hampir dua tahun bangsa ini harus lock down akibat pandemi Covid-19. Ketika itu, pertumbuhan ekonomi nasional amblas dari 5,02 persen di tahun 2019 menjadi 2,97 persen pada tahun 2020, namun Indonesia tetap berdiri kokoh.
“Ini merupakan sinyal bahwa Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang cukup kuat,” ungkap Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, dalam refleksi jelang Kemerdekaan RI ke-80, Kamis (14/8/2025).
Diana Dewi mengatakan, di masa-masa kritis tersebut, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tampil bak malaikat penyelamat ekonomi bangsa. Meski selama ini hanya dipandang sebagai etalase perekonomian nasional saja.
“Ketika sejumlah perusahaan skala menengah dan besar megap-megap dan ‘berdarah-darah’, UMKM justru tampil bak bintang di malam gelap. Ini juga ditopang dengan bisnis-bisnis beraroma digital yang justru mampu eksis di saat kritis,” ujar CEO Suri Nusantara Jaya ini.
Dirinya mengaku bangga dengan kekuatan UMKM yang sanggup menjadi penopang ekonomi bangsa di masa-masa sulit.
Indonesia Emas
Dirinya yakin, UMKM akan menjadi pionir dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emaa 2045.
Baginya, dunia usaha memiliki peran krusial dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Sebab, sejak dulu dunia bisnis selalu dinamis.
Sebelum Indonesia Merdeka, kita bisa melihat para pedagang dari mancanegara, seperti Arab, India, Eropa, dan China, berlomba-lomba datang untuk membeli rempah-rempah dan hasil bumi dari berbagai penjuru Nusantara. Mereka rela berlayar berbulan-bulan hanya untuk memperoleh barang yang selanjutnya diperdagangkan di negara mereka masing-masing.
Setelah kemerdekaan, sektor ekonomi tetap menjadi tulang punggung pembangunan negara. Presiden Sukarno menggaungkan konsep Ekonomi Berdikari, yang menekankan kemandirian ekonomi Indonesia dari campur tangan asing. Selain itu, Soekarno juga mempromosikan konsep Demokrasi Ekonomi yang berlandaskan pada gotong royong dan kekeluargaan, serta Ekonomi Terpimpin yang menjadikan seluruh unsur perekonomian sebagai alat revolusi.
Di era Orde Baru, kembali ekonomi menjadi tumpuan dalam pembangunan. Tertuang dalam konsep Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), Presiden Suharto coba mengembangkan industrialisasi, deregulasi, dan ekspor yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro, dalam bingkai stabilitas politik dan keamanan.
Pasca reformasi, kondisi perekonomian Indonesia lebih terbuka dan berbasis pasar. Sejumlah konsep coba digulirkan, mulai dari demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila, ekonomi kerakyatan, pasar bebas, dan reformasi institusi ekonomi.
Namun, hingga 27 tahun pasca reformasi, keterpurukan ekonomi yang dialami Indonesia sepertinya masih sulit diangkat ke permukaan.
Justru yang sering terjadi adalah fluktuasi ekonomi, baik sektoral, regional maupun global. Nilai tukar rupiah ke mata uang asing pun kerap mengalami turbulensi.
Harapan
“Kami berharap di usianya ke-80, Indonesia semakin matang dalam menatakelola berbagai sektor bisnis yang ada. Pun penegakan hukum tetap menjadi prioritas sehingga memberi kepastian dan rasa aman bagi para pelaku usaha,” tutur Founder Toko Daging Nusantara ini.
Pemerintah juga diharapkan bisa lebih memiliki sense of business sehingga ada kepedulian dan upaya konkrit untuk membawa dunia usaha Indonesia terus naik kelas. Membuka ruang yang lebih luas kepada para pelaku usaha untuk berkembang menjadi pilihan yang rasional dalam memajukan bangsa ini.
Dunia bisnis tetap akan menjadi pionir dalam merealisasikan Indonesia Emas 2045. Tinggal bagaimana political will dari pemerintah terhadap pertumbuhan dunia usaha dan pelibatan sektor swasta dalam mendukung berbagai program pemerintah.
“Kami yakin dan percaya, peluang Indonesia menjadi salah satu negara maju di dunia terbuka lebar. Kuncinya adalah bersatu, berdaulat, rakyat sejahtera, maka Indonesia pasti akan maju,” pungkasnya. (RN)











































