Jakarta, innews.co.id – Perdagangan saham sejumlah emiten di pasar reguler dan pasar tunai dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Belum ada kejelasan sampai kapan penghentian dilakukan.
Kabarnya, saham milik beberapa perusahaan tersebut digembok setelah mencetak auto reject atas (ARA) dan auto reject bawah (ARB) secara beruntun. BEI beralasan perlu melakukan cooling down dalam rangka perlindungan investor.
Di sisi lain, BEI justru membiarkan saham-saham yang turun. Padahal, itu justru menjadi ancaman, baik bagi emiten maupun pembeli saham (shareholder).
“Harusnya BEI bisa memberikan perhatian terhadap saham-saham yang turun. Bukan sebaliknya, saham yang mengalami kenaikan justru di suspend,” kata pengusaha nasional, Diana Dewi, dalam keterangannya, Sabtu (11/10/2025).
Menurutnya, kenaikan saham memiliki dampak positif bagi emiten, antara lain: meningkatnya nilai perusahaan, mempermudah akuisisi, menarik investor dan talenta berkualitas, serta memberikan fleksibilitas untuk menerbitkan saham baru untuk mencari modal. Terlebih penting, kenaikan saham memberikan sinyal positif tentang kesehatan serta prospek perusahaan, sehingga dapat menarik lebih banyak investor.
Sementara bagi pembeli saham, naiknya nilai saham sebuah emiten yang dibeli adalah keuntungan modal (capital gain), yaitu keuntungan dari selisih harga jual yang lebih tinggi daripada harga beli.
“Perdagangan saham selalu mengalami fluktuasi dan akan berjalan alami, mengikuti perkembangan yang ada dan sejumlah faktor pendukung lainnya,” ujar Diana.
Seperti diketahui, saat ini banyak generasi muda yang ikut bermain saham. Kecenderungan, mereka menggemari saham-saham lokal. “Ini tentu sesuatu yang positif dan menggembirakan,” seru Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta ini.
Ada beberapa alasan mengapa anak muda lebih memilih saham-saham lokal. Salah satunya, kemudahan akses melalui aplikasi, potensi pertumbuhan perusahaan Indonesia yang tinggi, dan keuntungan berinvestasi dalam mata uang Rupiah tanpa risiko konversi.
“Kalau BEI membatasi pergerakan saham yang naik, maka ini akan memberi image yang kurang baik bagi para pemain saham muda,” imbuh Diana Dewi.
Bila saham yang naik lantas dihentikan, maka ada kekhawatiran pemain saham muda lebih memilih hengkang karena menganggap perdagangan saham hanya digoreng-goreng saja oleh pihak tertentu, bukan merupakan pasar yang berfluktuasi secara alami.
“Harusnya BEI bisa menjelaskan secara terbuka apa yang menjadi penyebab di suspend-nya saham sebuah emiten, sehingga ada keterbukaan dan publik bisa lebih memahaminya,” saran Diana Dewi. (RN)










































