Jakarta, innews.co.id – Di shutdown-nya sejumlah layanan publik oleh Presiden Amerika Serikat, sejak 1 Oktober 2025, berimbas pada negara-negara lain di dunia.
Pasar global ikut bergejolak, nilai dolar berfluktuasi, dan sentimen investasi di berbagai negara termasuk Indonesia pun turut terdampak.
Shutdwon terjadi saat pemerintah AS gagal menyepakati anggaran baru. Akibatnya, layanan publik terhenti, ratusan ribu pegawai dirumahkan sementara, dan proyek serta tender pemerintah tertunda.
“Shutdown tersebut berimbas sampai ke Indonesia seperti terjadi penurunan permintaan ekspor, investor menahan modal, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan lainnya,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, di Jakarta, Jumat (12/11/2025).
Dikatakannya, peristiwa tersebut menjadi pengingat penting bahwa stabilitas ekonomi tidak hanya bergantung pada kekuatan finansial, tapi juga pada kepastian kebijakan dan solidnya koordinasi antar pemangku kepentingan.
“Sekecil apa pun gangguan dalam proses pengambilan keputusan, dampaknya bisa meluas ke banyak sektor,” ujarnya.
Berkaca pada peristiwa tersebut, ada pelajaran penting yang bisa diambil. “Bagi Indonesia, ini momentum untuk terus memperkuat koordinasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, agar roda ekonomi tetap bergerak stabil, bahkan di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian,” jelas Founder Toko Daging Nusantara ini.
Meski begitu, Diana mengatakan, Indonesia sudah membuktikan ketahanan ekonomi ditengah banyaknya tantangan. Tapi ketahanan itu harus terus dijaga lewat koordinasi yang solid antara pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan masyarakat.
“Stabilitas ekonomi bukan sekadar angka, tapi hasil kerja sama. Dari government shutdown yang terjadi di Amerika Serikat, kita belajar bahwa ekonomi yang kuat tidak hanya soal sumber daya besar, tapi tentang kejelasan arah, komitmen, dan kepercayaan antar pihak yang menjaganya,” pungkas Diana Dewi. (RN)













































