Toba, innews.co.id – Tiga aspek menjadi fokus pengembangan Kaldera Toba pasca ditetapkan sebagai Global Geopark oleh Unesco, beberapa waktu lalu.
Hal ini disampaikan Ketua Harian Badan Pengelola Toba Caldera Unesco Global Geopark Mangindar Simbolon, Sabtu (23/1/2021).
“Pertama, dari sisi geologi Danau Toba yang memiliki nilai internasional. Kedua, keragaman biologi yang berasal dari proses pembentukan Kaldera Toba. Ketiga, keragaman budaya dan masyarakat yang dihuni beberapa etnis di Kawasan Danau Toba,” urai Mangindar.
Selain itu, pihaknya memastikan juga akan mengedepankan pemberdayaan masyarakat setempat berkoordinasi dengan masing-masing pemerintah kabupaten.
Sementara itu, Pengelola Geosite Simanindo-Hutabolon-Batuhoda, Ombang Siboro mengatakan, Geopark Kaldera Toba memiliki 16 Geosite yang tersebar di seluruh kawasan Danau Toba.
Karena itu pengembangan Geopark Kaldera Toba harus dimulai oleh masing-masing geosite. Sehingga masing-masing geosite mesti merencanakan pengembangan yang ditujukan untuk sarana atraksi, amenitas dan akses (3A).
“Kemajuan Geopark dilihat dari perkembangan geositenya. Dan masyarakat adalah pelaku yang harus dilibatkan dalam pengembangan geosite,” jelasnya.
Kaldera Toba berhasil masuk daftar Unesco Global Geoparks (UGG) pada awal September 2019. Dimana Global Geoparks merupakan area geografis terpadu dengan situs dan lanskap geologi internasional dikelola dengan konsep perlindungan holistik, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan bottom-up.
Danau Toba masuk dalam UGG setelah dinilai dan diputuskan oleh Unesco Global Geoparks Council pada Konferensi Internasional ke-IV organisasi itu di Lombok.Pada pertengahan 2020 Pemprov Sumut mulai menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) Geopark Kaldera Toba dengan institusi pelaksananya, Badan Pengelola Toba Caldera Unesco Global Geopark. (RN)
Be the first to comment