Ketua TP-PKK Ogan Ilir Gencar Populerkan Kain Gebeng Warisan Leluhur

Ketua TP-PKK Ogan Ilir Mikhailia Tikha Alamsjah Panca Wijaya Akbar (kiri) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo, pada HUT ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu

Jakarta, innews.co.id – Tenun Gebeng merupakan kain tenun tradisional khas Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Dulu, kain ini kerap digunakan oleh para bangsawan atau pejabat pemerintah dalam berbagai acara adat maupun kenegaraan.

Seiring waktu, perlahan kain ini mulai langka, bahkan bak menuju kepunahan. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir gencar mempopulerkan kain warisan leluhur tersebut. TP-PKK Kabupaten Ogan Ilir bekerja keras memperkenalkan Tenun Gebeng ini dalam berbagai event, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Ketua TP-PKK Ogan Ilir Tikha Alamsjah Panca Wijaya saat jadi narasumber pada gelar wicara pada HUT ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Solo, Jawa Tengah

Bahkan, Ketua TP-PKK Ogan Ilir Mikhailia Tikha Alamsjah Panca Wijaya Akbar, B.A (Hons), istri Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar, selalu mengenakan kain Gebeng di berbagai acara.

“Tenun Gebeng merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan. TP-PKK bersama Pemkab Ogan Ilir terus mendorong munculnya pengrajin-pengrajin kain ini,” kata Tikha Panca Wijaya, dalam keterangan persnya, yang diterima innews, di Jakarta, Senin (20/5/2024).

Dari tahun ke tahun, jumlah pengrajin kain Gebeng terus menyusut. Kalaupun ada, kebanyakan sudah sepuh. “Dekranasda Ogan Ilir berupaya meregenerasi penenun kain Gebeng ini. Sebab kami tidak ingin kain tradisional warisan leluhur ini punah lantaran tidak ada regenerasi,” ujarnya.

Kain Gebeng, lanjut Tikha, harus tetap ada ditengah kemajuan zaman. “Mungkin di satu sisi perlu ada modifikasi atau modernisasi dari sisi peralatan sehingga waktu pengerjaannya bisa lebih cepat dari yang umumnya untuk menghasilkan satu jenis kain bisa sampai sebulan,” terangnya.

Rekrut penenun muda

Secara khusus, Dekranasda Ogan Ilir menghimpun puluhan penenun muda, usia antara 17-25 tahun. Setelah direkrut, para penenun muda mengikuti Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW). Mereka dididik untuk menenun hingga menghasilkan kain Gebeng yang cantik dan indah.

Upaya Dekranasda Ogan Ilir ini tidak sia-sia. Bahkan, pada hari ulangtahun ke-20, Pemkab Ogan Ilir secara khusus membeli 100 helai kain Gebeng buah karya para penenun muda tersebut.

“Kami sangat mengapresiasi adik-adik penenun muda yang begitu cepat belajar membuat kain yang sehelainya bisa memakan waktu sampai sebulan,” urai Tikha.

Dirinya mengakui, hingga kini, tenun Gebeng masih dibuat secara manual. “Kedepan kami sudah memikirkan untuk melakukan transisi produksi. Misal, menggunakan alat-alat produksi yang lebih modern. Juga akan dibuat sentra tenun yang letaknya dekat dengan kediaman para pengrajin,” imbuh Tikha.

Selain itu, sambung Tikha, pihaknya juga telah menerapkan go green, yakni memanfaatkan pewarna alam sebagai bahan warna kain, sehingga tidak ada sampah tekstil. “Bila ada bahan sisa, akan dibuat kerajinan lain seperti tas, kotak tisu, maupun sepatu. Sehingga seluruh bahan kain yang dibuat bisa digunakan,” tukasnya.

Guna mendukung pemasaran, Bupati Ogan Ilir telah merilis aturan yang mewajibkan para aparatur sipil negara menggunakan pakaian dari kain gebeng setiap hari Kamis. Kain Gebeng juga sudah dipatenkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

“Baik TP-PKK maupun Pemkab Ogan Ilir terus mendorong pelestarian kain Gebeng. Bahkan kedepan kami mendorong kain ini bisa diperkenalkan sampai ke dunia internasional,” pungkas Tikha. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan