Jakarta, innews.co.id – Kesetaraan gender di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu. Di sisi lain, kuatnya pengaruh budaya pada beberapa etnis tertentu, yang cenderung mendahulukan laki-laki daripada perempuan, juga masih kental. Ini berpotensi menjadi barrier (penghalang) bagi terwujudnya cita-cita Kartini yang termuat dalam bukunya berjudul “Door Duisternis Tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang).
“Secara kasat mata kita lihat keterlibatan kaum perempuan terbesar ada di dunia bisnis. Banyak perempuan aktif sebagai para pelaku usaha, baik dalam skala UMKM maupun berkarir di korporasi besar,” ungkap Ketua Umum DPP Wanita Kosgoro Poppy Puspitasari, dalam keterangan persnya menyambut Hari Kartini 2024, di Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Hal ini linier dengan data Kementerian Koperasi dan UMKM yang menyebutkan bahwa 64,5 persen UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Sementara jumlah UMKM di Indonesia saat ini mencapai 65,5 juta.
Kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usaha, kata Poppy, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Salah satu penyebabnya karena perempuan memiliki sense of accurate (tingkat ketelitian) yang lebih baik dari pria. Hal ini diperkuat dengan kreatifitas dan inovasi perempuan, termasuk dalam mengadopsi teknologi dalam menjalankan usahanya yang terus membaik. “Bahkan secara fisik pun, saat ini perempuan tidak bisa lagi dianggap sebagai kaum yang lemah. Sektor-sektor industri berat juga sudah dirambah oleh perempuan,” imbuh Pengawas di Yayasan Batik Indonesia ini.
Menurut Poppy yang juga Ketua Umum Yayasan Asma Indonesia ini, hal serupa juga terjadi di bidang politik. Sayangnya, di bidang ini justru respon kaum perempuan yang dirasa kurang. “Kesempatan dan keterlibatan perempuan di dunia politik sudah cukup banyak, sekitar 30%. Namun, saya melihat kesempatan yang diberikan pun kurang dimanfaatkan oleh kaum perempuan itu sendiri untuk memperluas haknya perempuan. Bisa jadi, banyak perempuan enggan terjun ke dunia politik karena takut menyita waktu ditengah dua tanggung jawabnya terhadap keluarga dan karir politiknya,” ujar Pengurus Yayasan Kanker Indonesia ini.
Peran ganda
Faktanya, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan ketika bicara soal karir atau bisnis, dan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga yang dijalankan oleh kaum perempuan.
Berangkat dari pengalaman pribadinya, kata Poppy, bagi seorang perempuan yang juga menjalankan aktifitas di luar rumah, maka porsi rumah tangga/keluarga, usaha dan organisasi/sosial haruslah seimbang dan dapat dikelola dengan baik. “Sebenarnya itu juga yang menjadi kelebihan kaum perempuan yang mungkin tidak dimiliki oleh pria, di mana ketiga hal tersebut bisa kita rajut bersama dan menghasilkan sulaman yang indah. Salah satunya dengan memanfaatkan komunikasi dan quality time yang affordable,” tukas Poppy yang aktif ikut dalam Paduan Suara MSI Melati-Menur ini.
Karenanya, di Hari Kartini 2024 ini, Poppy berharap, kaum perempuan sebagai Ibu Bangsa, termasuk generasi muda memiliki niat luhur dan cita-cita untuk menjadi warga negara perempuan yang bisa bermanfaat bagi orang banyak tanpa meninggalkan kodratnya yaitu, haid, hamil, melahirkan, dan menyusui.
“Saya yakin, dengan fokus pada keluarga, karir/bisnis, bahkan organisasi, maka kaum perempuan akan mengangkat derajatnya. Dan cita-cita Raden Ajeng Kartini dalam menciptakan emansipasi perempuan dan kesetaraan gender akan terwujud,” pungkas Poppy. (RN)
Be the first to comment