‘Arsitek’ PDS Kini Turun Gunung, Ke DPR Lewat PSI

Dr. ML Denny Tewu, kembali terjun ke dunia politik, menjadi Caleg DPR RI melalui PSI

Jakarta, innews.co.id – Setelah sekian lama vakum dari panggung politik, salah satu ‘arsitek’ Partai Damai Sejahtera (PDS) Dr. Magit Les Denny Tewu, SE., MM., kini kembali turun gunung. Dia memutuskan ikut pencalegan untuk DPR RI pada Pemilu Legislatif 2014 melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dari daerah pemilihan Sulawesi Utara, nomor urut 1.

Jatuhnya pilihan pria yang dikenal sebagai pebisnis dan akademisi kepada PSI lebih dikarenakan dirinya melihat partai besutan anak-anak muda ini memiliki potensi besar dengan source yang mumpuni.

Denny Tewu mengungkapkan, kehadiran PSI sebagai partai anak muda juga cukup fenomenal dalam perpolitikan di Indonesia. “Manuver-manuver mereka sangat tidak terduga karena dapat terus mempertahankan brandnya sebagai trendsetter yang selalu menjadi perbincangan yang hangat dalam diskusi-diskusi politik di setiap lapisan masyarakat,” tuturnya.

ML. Denny Tewu menghadiri acara di salah satu gereja

Tak hanya itu, PSI juga terkenal dengan slogan anti suap dan anti intoleran, dengan semangat nasionalisme sejati serta menganut nilai independensi, yaitu tetap tegak lurus kepada nilai-nilai dalam Pancasila dan konstitusi UUD’45 sehingga dapat merubah citra politik yang selama ini kusam dan kotor.

Dia mengaku, kagum dengan kiprah PSI. Semakin mengkilap ketika dipimpin oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden RI Joko Widodo. Denny berkeyakinan, PSI akan menjunjung tinggi keadilan dengan menjadikan hukum sebagai panglima agar dapat terwujud kedamaian dan kesejahteraan bagi setiap anak bangsa.

Dalam pandangannya, saat ini di dunia politik Indonesia tengah terjadi peralihan atau transisi dari para pejuang reformasi yang telah berhasil merebut kekuasaan dari Orde Baru ke era generasi milennial atau Gen Z. Dia mengaminkan pameo yang mengatakan, ‘setiap orang ada eranya dan setiap era ada orangnya’.

Diakuinya, banyak pro kontra muncul melihat loncatan generasi yang terjadi, di mana dari usia 60-an langsung ke generasi berumur 30-an. Mereka menganggap jaraknya terlalu jauh. Hal tersebut kontras dalam pencalonan Gibran Rakabuming Raka, sampai memakan korban Ketua MK yang harus dicopot dari jabatannya.

“Peralihan tersebut terasa berat dan awalnya sulit diterima. Namun harus dilihat bahwa generasi muda Indonesia saat ini sangat mumpuni untuk menjadi pemimpin bangsa dan harusnya mendapatkan kesempatan seperti di negara-negara lain,” tutur Denny Tewu.

Lebih jauh Ketua Umum PDS periode 2010 – 2015 ini menambahkan, harus diakui anak muda di era kini harus cepat menyerap informasi dan lebih tahu pemanfaatan teknologi dibandingkan generasi usia 50-60-an keatas.

“Gen Z begitu cepat beradaptasi dengan lingkungan kehidupan yang sangat cepat berubah,” tukasnya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan