Kultum Ramadhan, Benarkah Tidur Mendatangkan Pahala?

Johari, SH., Ketua Bidang Pendidikan dan Latihan Pengurus Pusat Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP IPPAT)

Jakarta, innews.co.id – Semua amal ibadah di Bulan Suci Ramadhan, sepanjang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat akan mendapatkan pahala berlipat ganda. Bahkan, tidur di bulan nan Suci ini jadi ibadah yang berpahala. Benarkah?

Secara lugas, Johari Notaris/PPAT senior di Riau memaparkan hal tersebut. Menjadi pertanyaan besar, “Ibadah apa yang dapat dilakukan orang ketika tidur?” Karena ketika tidur, hampir semua fungsi organ tubuh berhenti beraktifitas, di antaranya mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan lainnya.

Lalu apa maksudnya tidurpun dianjurkan dan berpahala? Apakah tidur seharian dari pagi sampai sore, melalaikan anjuran umara yakni,kerja kerja kerja? Atau tidur ala Mbah Surip, bangun tidur, tidur lagi?

“Tidur yang berpahala itu adalah tidur yang dapat menghalangi kita dari berbuat maksiat. Berbuat hal yang sia-sia, baik melalui mata, telinga, tangan, lidah, dan sebagainya, entah itu siang maupun malam,” terang Johari kepada innews, Rabu (21/4/2021).

Dia menambahkan, jika kita terjaga, maka besar kemungkinan kita tidak dapat menjaga panca indera dengan baik. Mata mudah jelalatan, telinga gemar menguping aib orang, lidah asyik bergunjing/berbisik tetangga, tangan mudah usil, hati berprasangka buruk, dan lainnya.

“Dari pada puasa kita berpotensi jadi sia-sia, cuma sekedar menahan lapar dan dahaga, ada baiknya kita insyafi bahwa tidur lebih baik daripada terjaga. Ya, tidur itu lebih baik dari pada terjaga dan berpotensi tergoda beraktifitas yang merusak nilai ibadah puasa,” tukas Johari yang mantan Ketua Pengurus Wilayah IPPAT Provinsi Riau ini lagi.

Mungkin tidur bukan menjadi pilihan bagi mereka yang sibuk bekerja. Memang, rezeki itu tidak datang dari langit tanpa berusaha. Ibarat istilah, “Yang bulat tidak datang bergulir, yang pipih pun tidak jatuh melayang”.

Rezeki tidak datang dengan sekonyong-konyong, tanpa usaha dan ikhtiar. Lantas apa yang didapatkan dengan tidur? Bahkan, orang Melayu kerap berceloteh, “Tidur sampai memutuskan bantal”.

Harus dipahami, sambung Johari, puasa pada hakikatnya justru tidak membuat produktifitas orang menjadi terkendala. Hanya mungkin sedikit berkurang kuantitas, tapi lebih kualitas (iman). Dia berpendapat, aktifitas kita cuma dilatih dengan cara berbeda. Kegiatan fisik (raga) dikurangi, namun kegiatan ritual jiwa (keimanan) ditingkatkan. “Hablumminannas mini, hablumminallah maksi,” demikian celotehan bahasa gaulnya, kata Johari. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan