Jakarta, innews.co.id – Dunia kedirgantaraan Indonesia masih memiliki sejumlah catatan yang patut menjadi refleksi, baik bagi pemerintah, swasta, maskapai, maupun pengguna jasa penerbangan, terutama di Hari Penerbangan Nasional 2025.
“Kalau dulu, pada 27 Oktober 1945, untuk pertama kalinya Agustinus Adisucipto menerbangkan pesawat Cureng dari Lapangan Udara Maguwo Yogyakarta sambil membawa lambang Merah Putih, sebagai simbol kebangkitan dan kedaulatan udara bangsa,” kata Andre Rahadian, SH., LL.M., Founder Masyarakat Hukum Udara (MHU), dalam pernyataan persnya, Senin (27/10/2025).
Diketahui, Adisucipto adalah pilot pertama Angkatan Udara Indonesia, yang pesawatnya ditembak jatuh oleh Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia.
“Tanggal tersebut diabadikan bukan saja untuk mengingat sejarah, tapi juga menggugah semangat kedirgantaraan kita sehingga dapat melakukan pembenahan sehingga dunia penerbangan Indonesia semakin baik lagi,” ujar praktisi hukum dan Partner Dentons HPRP ini.
Andre menguraikan sejumlah tantangan yang dihadapi dunia penerbangan Indonesia antara lain, pembangunan infrastruktur bandara di wilayah terpencil, peningkatan standar keselamatan, serta adaptasi terhadap perubahan pasar global dan tekanan lingkungan.
Dijelaskan, Badan Pusat Statistik (BPS) menguraikan, jumlah penumpang angkutan udara domestik pada tahun 2024 mencapai sekitar 63,7 juta orang serta penumpang internasional sekitar 19,0 juta orang.
Dari sisi armada, laporan Statistik Transportasi Udara di tahun 2023 yang dirilis Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa terdapat sekitar 1.107 unit pesawat sipil terdaftar di Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis sertifikat operasi.
“Dunia penerbangan Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. Peluang pasarnya besar, hanya saja harus diimbangi dengan pelayanan yang semakin baik. Jangan harga tiket terus naik, sementara flight delay juga tetap terjadi,” serunya.
Menurutnya, pembenahan harus terus dilakukan sehingga dunia penerbangan di Indonesia, tidak saja menjangkau hingga ke pelosok, tapi juga memiliki layanan prima kepada para pengguna jasanya.
“Penerbangan Indonesia bukan hanya soal mengangkasa, tapi juga memastikan setiap sudut negeri bisa terhubung dengan aman, inklusif, dan berkelanjutan. Dan, memastikan kondisi pesawat benar-benar laik terbang dan para penumpang naik dan turun pesawat dengan senyuman,” imbuhnya.
Pemerintah juga harus mengambil peran untuk bagaimana menjadikan dunia penerbangan Indonesia semakin maju, kompetitif, dan unggul di angkasa.
Dirinya mengajak, dengan semangat yang sama seperti pesawat pembawa Merah-Putih pertama yang terbang pada tahun 1945, mari sektor penerbangan kita terus menerjang batas dan mengangkasa ke ketinggian baru. (RN)












































