PGI Minta Gereja ‘Keroyokan’ Atasi Masalah Lingkungan

Para pembicara pada Diskusi dan Launching Video Edukasi Peran Gereja Menghadapi Krisis Iklim, di Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (21/2/2024), bersama Ketua Umum PGI, Sekjen Perwamki, dan Ketua Pewarna

Jakarta, innews.co.id – Kerusakan yang masif pada lingkungan di Indonesia harus menjadi keprihatinan gereja juga. Perlu penanganan luar biasa (extra ordinary) yang melibatkan semua warga gereja.

“Suara gereja begitu kuat dalam rangka penyadartahuan bahwa masalah lingkungan atau ekologi menjadi tantangan kita bersama. Bukan hanya saat ini, tapi juga di masa mendatang. Jangan sampai berhenti, melainkan harus berkelanjutan. Gereja sebagai wadah memiliki pengaruh besar dalam rangka meningkatkan kesadaran jemaat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan,” kata Dr. Agustin Teras Narang, SH., MH., dalam Diskusi dan Launching Video Edukasi Peran Gereja Menghadapi Krisis Iklim, di Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Menurutnya, melihat kondisi lingkungan saat ini, tiada jalan lain, perlu penanganan luar bisa dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk gereja, melalui gerakan yang terstuktur, sistematis dan masif.

Suasana diskusi di Grha Oikumene, PGI, Salemba, Jakarta

Ketua Yayasan Kesehatan PGI Cikini ini berharap jemaat tidak hanya sekadar menjadi agen, tetapi juga pelaku pelestarian lingkungan. “Minimal menyadari bahwa masalah lingkungan adalah tantangan bagi jemaat kita. Ini menjadi penting karena kerusakan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perubahan iklm yang kini sudah kita rasakan,” kata Gubernur Kalimantan Tengah periode 2005-2015 ini.

Sementara itu, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom menyerukan pertobatan ekologis sebagai bentuk kasih terhadap ciptaan Tuhan. “Banyak hal perlu dilakukan oleh jemaat. Mulai dari menghemat pemakaian air, tidak menyia-nyiakan makanan, tidak menggunakan alat-alat berbahan plastik, menghemat energi, sampai memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan,” seru Gomar.

Seperti diketahui, kegiatan Diskusi dan Launching Video Edukasi Peran Gereja Menghadapi Krisis Iklim ini merupakan bentuk respon terhadap krisis ekologi, sebagaimana diamanatkan dalam Sidang Raya XVII PGI di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) 2019 lalu. Pendekatan literasi dan/atau menguatkan narasi kepedulian terhadap alam dan krisis ekologi dipandang efektif.

Karenanya, melalui kerja sama dengan Yayasan Manka, Bidang KKC PGI memproduksi video animasi yang bersifat edukatif tentang hal praktis dalam merespons isu terkait perubahan iklim, antara lain tentang air, sampah, energi, dan hutan. Isu ini merupakan hal krusial untuk direspon di berbagai tempat, khususnya di daerah perkotaan.

Ketua Umum PGI Pdt Gomar Gultom menyerahkan kenang-kenangan kepada Juliarta Bramansa Ottay, dari Manka

Di sisi lain, Juliarta Bramansa Ottay, dari Manka–organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup menyerukan agar satu sama lain terkoneksi.

“Selama ini, satu sama lain belum terkoneksi sehingga belum ada gerakan bersama. Isu lingkungan masih dilihat sebagai tanggung jawab para aktivis. Padahal persoalan lingkungan harus dilihat sebagai norma umum, karena lingkungan adalah masalah kita semua. Maka kita harus bangkit dari dalam diri sendiri. Harapan kita isu lingkungan menjadi isu bersama dan menjadi bagian dari kehidupan keseharian,” ajaknya.

Sekretaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC) PGI Pdt. Jimmy Sormin menilai perlu ada norma bersama. Salah satunya selaras dengan alam, tidak tamak, menyadari situasi kehidupan ekologis, harus tahu berkata cukup, bisa berbagi kehidupan, dan memperjuang sistim berkecukupan dan berkeadilan.

“Gereja sudah paham betul dengan adanya gerakan yang dilakukan oleh PGI lewat Gereja Sahabat Alam, zero plastik sudah dilakukan. Namun yang namanya norma belum jadi bagian tatanan gereja itu sendiri, masih ada saja yang belum melakukan. Maka perjuangan yang terstruktur, sistematis dan masif butuh komitmen diri,” imbuhnya.

Dengan diproduksinya 4 video edukasi ini, PGI mengimbau gereja-gereja untuk mendiseminasikannya kepada umat, secara khusus melalui media informasi yang dimiliki oleh gereja. Misal, LCD projector, LED, media sosial, dan lainnya. Hal ini bisa dilakukan di setiap peribadahan, saat menunggu ibadah untuk dimulai atau pada saat pemberitaan warta jemaat setiap minggunya. (RN)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan