Jakarta, innews.co.id – Didaulat menerima Kartini Award 2025 pada kategori Inspiring and Empowering Woman, merupakan suatu bentuk penghargaan atas apa yang telah ia perjuangkan selama ini.
Mungkin separuh lebih hidupnya telah didedikasi untuk memperjuangkan kaum perempuan dan anak Indonesia. Meski begitu, dirinya tak merasa lelah. Justru, spiritnya kian berkobar. Mimpinya membawa perempuan dan anak Indonesia masuk pada Indonesia Emas 2045.

Sosok Dr. Ir. Giwo Rubianto, M.Pd., merupakan salah seorang pejuang perempuan Indonesia di abad modern ini. Selain menjadi Ketua Umum Business and Professional Women (BPW) Indonesia dan Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI), dirinya tercatat pernah menjadi Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) selama dua periode.
Di level dunia, wanita cantik yang smart dan dikenal low profile, ramah, dan friendly ini juga menjabat sebagai Vice President of International Council of Women (ICW). Pun dirinya beberapa kali diundang untuk berbicara di PBB terkait perempuan Indonesia dan dunia.
Bagaimana pemikiran Giwo Rubianto mengenai peran perempuan menuju Indonesia Emas 2045, berikut nukilan perbincangannya, di Jakarta, Selasa (1/7/2025):

Apa makna Kartini Award 2025 yang baru saja ibu peroleh untuk kategori Inspiring and Empowering Woman?
Alhamdulillah, tentu saya sangat bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah yang luar biasa ini. Perasaan saya sangat senang dan bangga, karena penghargaan ini bukan semata-mata untuk saya pribadi, tetapi saya dedikasikan untuk seluruh perempuan Indonesia, serta perempuan-perempuan tangguh yang terus berkarya, berkontribusi, dan menginspirasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Bagi saya, Kartini Award 2025 memiliki makna yang sangat mendalam. Penghargaan ini mencerminkan semangat perjuangan, ketekunan, dan konsistensi dalam memperjuangkan hak-hak dan pemberdayaan perempuan. Ini bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga tanggung jawab moral untuk terus menggaungkan nilai-nilai kesetaraan, kepemimpinan, dan keberanian perempuan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Saya juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Insertlive melalui program Kartini yang telah memberikan penghargaan ini. Semoga penghargaan ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus melangkah, bersuara, dan berkarya demi masa depan yang lebih baik bagi perempuan Indonesia.

Seperti kita ketahui, saat ini kiprah perempuan Indonesia kian meluas dan masuk ke berbagai sektor. Bagaimana ibu melihat hal tersebut?
Tentu ini adalah sebuah kebanggaan bagi kita semua sebagai perempuan Indonesia. Meluasnya kiprah perempuan di berbagai sektor mencerminkan bahwa perempuan semakin berdaya, semakin percaya diri, dan memiliki ruang yang lebih terbuka untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Ini sekaligus menjadi indikator bahwa kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender semakin meningkat. Perempuan tidak lagi hanya dilihat dari peran domestik, tetapi juga dari kapasitas intelektual, kepemimpinan, dan profesionalisme yang mereka miliki di berbagai bidang, politik, ekonomi, teknologi, hukum, pendidikan, bahkan pertahanan.
Kita tidak boleh lagi membiarkan adanya diskriminasi gender, baik dalam akses terhadap pekerjaan maupun dalam pengambilan keputusan strategis. Setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin, harus dinilai berdasarkan kompetensi, integritas, dan dedikasinya.
Kemajuan ini tentu perlu terus kita jaga dan dorong, agar perempuan Indonesia tidak hanya hadir sebagai pelengkap, tetapi sebagai penggerak perubahan dan pemimpin masa depan.

Saat ini, mungkin kita tidak lagi bicara soal emansipasi, tapi bagaimana memperkuat peran serta perempuan dalam mendukung Indonesia Emas 2045. Pendapat Ibu?
Benar, kita tidak lagi berbicara emansipasi dalam arti membebaskan perempuan dari keterbelakangan sosial seperti di masa lalu. Emansipasi itu sudah kita capai secara historis. Namun perjuangan belum selesai. Tantangan kita hari ini adalah memastikan kesetaraan gender benar-benar terwujud dalam kehidupan nyata.
Kesetaraan inilah yang menjadi kunci agar perempuan dapat berperan optimal dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Masih banyak perempuan, terutama di pelosok, yang belum memiliki akses dan pemahaman yang cukup terhadap hak-haknya. Oleh karena itu, literasi, pemberdayaan, dan pendampingan bagi perempuan di seluruh lapisan masyarakat harus menjadi agenda prioritas.
Di sisi lain, kita juga perlu memperkuat kapasitas dan kepemimpinan perempuan agar mereka menjadi motor penggerak pembangunan. Perempuan bukan pelengkap, tetapi mitra strategis dalam proses kemajuan bangsa.
Menuju Indonesia Emas 2045, kita tidak bisa melangkah optimal jika setengah dari potensi bangsa, yakni perempuan tidak diberdayakan sepenuhnya. Komitmen kita adalah memastikan tidak ada satu pun perempuan yang tertinggal dalam perjalanan menuju masa depan Indonesia yang inklusif, adil, dan maju.

Selain dari pendidikan, hal apa lagi yang perlu diperlengkapi bagi kaum perempuan di Indonesia agar semakin berdaya kedepannya?
Ya, tentunya selain pendidikan, perempuan Indonesia perlu dilengkapi dengan kecerdasan hidup yang menyeluruh, kecerdasan yang lebih luas dan aplikatif dalam kehidupan, baik di rumah, masyarakat, maupun dunia kerja.
Kita perlu mendorong perempuan untuk cerdas kodrati, yakni memahami dan menghargai peran biologisnya sebagai kekuatan; cerdas tradisi, mampu memilah nilai budaya yang positif; cerdas sosial, membangun karakter dan etika dalam pergaulan; serta cerdas profesi, agar dapat berkarier dan berorganisasi tanpa meninggalkan peran keluarga.
Tak kalah penting, perempuan juga harus memiliki kemandirian ekonomi. Dengan kemampuan ini, perempuan bisa lebih bebas dalam menentukan pilihan hidup, berkontribusi secara nyata dalam keluarga, dan menjadi motor penggerak dalam lingkungannya.
Selain itu, di era digital, literasi teknologi menjadi keharusan. Perempuan harus mampu memanfaatkan teknologi untuk mengakses informasi, membangun jejaring, dan meningkatkan produktivitas.
Jadi, pendidikan bukan hanya sekedar soal ijazah, tetapi bagaimana membentuk perempuan yang berpikir kritis, bertindak bijak, dan siap menjadi pemimpin perubahan. Karena perempuan yang berdaya adalah kunci menuju Indonesia yang lebih maju dan inklusif. (RN)