Jakarta, innews.co.id – Masih membekas diingatan bangsa ini, 12 Mei 1998, di mana puluhan ribu mahasiswa berjuang bersama-sama menegakkan reformasi. Dengan lantangnya mereka mendesak pemerintah melakukan reformasi total yang berujung turunnya Soeharto.
Perjuangan yang tak kenal tersebut telah memakan korban jiwa 4 mahasiswa Universitas Trisakti yakni, Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan. Generasi muda penerus bangsa ini harus merelakan nyawanya demi sebuah perubahan di bangsa ini menuju ke arah yang lebih baik.

Keempatnya disebut sebagai Pahlawan Reformasi. Dan, Universitas Trisakti pun dikenal sebagai Kampus Reformasi atau Kampus Perjuangan.
Peristiwa yang terjadi 27 tahun silam tersebut, kembali diperingati tahun ini untuk mengenang sebuah peristiwa yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini.
“Mereka bukan hanya mengorbankan nyawanya untuk bangsa ini, tapi simbol keberanian dan semangat perubahan,” kata Alumni Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Dr. Sawoung Pradipta Suryodewo, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Dirinya mengaku bangga dengan perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang reformasi tersebut.
“Sebagai alumni Fakultas Hukum Trisakti, pastinya saya merasa bangga, sekaligus terpanggil untuk terus mengenang jasa besar mereka kepada bangsa ini,” ujarnya.
Bahkan, negara pun mengakui perjuangan mereka. Hal ini dibuktikan dengan pemberian tanda jasa Bintang Jasa Pratama yang dilakukan secara resmi di Istana Negara pada saat kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Itu tertuang dalam Keppres 057/PK/2005 tertanggal 15 Agustus 2005.
“Saya bangga, Universitas Trisakti bisa melahirkan pejuang-pejuang reformasi yang telah berkontribusi nyata bagi perubahan di bangsa ini,” tutur Founder Kantor Hukum ASK Law ini.
Bisa dikatakan, roda reformasi yang bergulir hingga kini tak lepas dari perjuangan ke-4 pahlawan reformasi dan rekan-rekan mahasiswa dari berbagai universitas.
Meski demikian, Sawoung mengaku miris setiap kali mengenang Tragedi 12 Mei. “Saat ini kebebasan berpendapat begitu nyata. Namun, dibalik kebebasan berpendapat yang ada tersimpan duka bagi keluarga korban. Kebanggaan yang ada tetap menyisakan duka mendalam,” tukasnya.
Dirinya juga berharap, agenda reformasi bisa diparipurnakan sehingga Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju dan terdepan serta rakyatnya hidup sejahtera.
“Apa yang dicita-citakan oleh para pejuang reformasi harus diteruskan hingga tercipta keadilan dan kesetaraan di semua bidang,” pungkasnya. (RN)