Jakarta, innews.co.id – Pelemahan rupiah yang terjadi beberapa waktu terakhir ini memiliki dampak besar bagi dunia usaha.
“Tentu sangat berdampak signifikan terhadap biaya operasional industri, terutama bagi industri yang bergantung pada bahan baku impor. Ketika nilai rupiah melemah, maka biaya impor bahan baku menjadi lebih mahal,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi, dalam keterangan persnya, di Jakarta, Rabu (26/3/2025).
Dikatakannya, dalam jangka panjang, pelemahan rupiah dapat memaksa industri untuk melakukan efisiensi dan inovasi untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor.
Diuraikan beberapa dampak pelemahan rupiah terhadap industri antara lain:
1. Peningkatan biaya produksi: Biaya impor bahan baku menjadi lebih mahal, sehingga biaya produksi meningkat.
2. Pengurangan margin keuntungan: Meningkatnya biaya produksi dapat mengurangi margin keuntungan industri.
3. Berpengaruh terhadap realisasi investasi: Pelemahan rupiah juga berpotensi memberi dampak negatif terhadap realisasi investasi di industri manufaktur.
4. Peningkatan volatilitas: Pelemahan rupiah juga dapat meningkatkan volatilitas atau ketidakpastian di pasar, sehingga industri harus lebih berhati-hati dalam membuat keputusan.
Meski begitu, lanjut Diana, ternyata ada beberapa sektor industri yang dapat diuntungkan dari pelemahan rupiah, antara lain: sektor tekstil dan pakaian, ekspor kulit dan sepatu, obat-obatan, dan lainnya. Juga sektor makanan dan minuman. Sektor lainnya seperti pariwisata, di mana kunjungan wisatawan asing bisa semakin banyak dan sektor properti.
Lebih jauh Founder Toko Daging Nusantara ini mengatakan, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan dunia usaha antara lain:
Diversifikasi dengan mengembangkan bisnis di wilayah lain sehingga risiko fluktuasi nilai tukar dapat dikurangi. Juga pengusaha bisa melakukan hedging dengan menggunakan instrumen keuangan seperti kontrak berjangka, opsi, dan swap.
Upaya lainnya, melakukan berbagai pengelolaan seperti pada biaya impor, biaya produksi, harga jual, dan volume penjualan. Selain itu, bisa dilakukan pengelolaan kas dan utang korporasi.
Demikian halnya dengan depresiasi rupiah yang berpotensi menaikkan harga barang dalam negeri lantaran terjadi kenaikan harga barang impor.
“Dampak yang mungkin timbul akibat depresiasi rupiah antara lain: pengurangan daya beli, harga-harga melonjak, perubahan pola konsumsi, sangat berdampak pada kelompok rentan seperti masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Muaranya tentu pada pelambatan ekonomi,” jelas Diana Dewi. (RN)