Jakarta, innews.co.id – Situasi ekonomi global yang fluktuatif akhir-akhir ini mendorong para pengusaha untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara lain guna mendorong eksistensi dan stabilitas ekonomi, baik makro maupun mikro.
Salah satunya melalui forum-forum bisnis dunia yakni, St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF), yang merupakan forum ekonomi internasional yang diadakan setiap tahun di St. Petersburg, Rusia. SPIEF menjadi platform penting bagi para pemimpin bisnis, politisi, dan ahli ekonomi untuk membahas isu-isu ekonomi global, berbagi pengalaman, dan menjalin kerjasama.

Setiap tahunnya, SPIEF dihadiri oleh peserta dari berbagai negara, termasuk pemimpin perusahaan besar, pejabat pemerintah, dan organisasi internasional. Forum ini juga membahas berbagai topik, seperti ekonomi global, investasi, inovasi, dan kerjasama internasional.
“SPIEF 2025 memiliki nilai strategis bagi pengusaha di Indonesia, di mana pada forum tersebut kita bisa bertemu
berbagai mitra dan calon mitra, utamanya perusahaan-perusahaan besar dan menengah dari Federasi Rusia,” kata Ketua Komite Bilateral Rusia dan Belarusia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, kepada innews, Jumat (11/7/2025).
Menurutnya, forum ini menjadi sangat penting, apalagi dalam situasi geopolitik dan ekonomi global yang sangat fluktuatif, di mana Indonesia perlu memperkuat hubungan ekonomi dengan pasar-pasar non-tradisional.
Dijelaskan, hal terpenting dalam SPIEF 2025 adalah sambutan dan tanya jawab Presiden Prabowo Subianto bersama dengan Presiden Vladimir Putin serta sejumlah pimpinan negara lain.
“Pernyataan dan sikap Presiden Prabowo yang lugas mendapat sambutan hangat bukan saja oleh Pemerintah Rusia, tapi juga oleh para pelaku usaha Rusia sehingga memberikan semangat yang lebih tinggi lagi untuk bekerjasama dengan Indonesia,” urai pengusaha sukses ini.
Momentum
Didit menjelaskan, para pengusaha Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum SPIEF 2025 dengan menindaklanjutinya dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

“Ini merupakan peluang bagi pengusaha Indonesia untuk membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk Indonesia. Demikian juga sebaliknya, bagi produk Rusia yang sifatnya komplementer,” jelasnya.
SPIEF menjadi semakin penting mengingat saat ini negosiasi Presiden AS Donald Trump terkait tarif resiprokal masih diundur hingga 1 Agustus 2025.
“Pengusaha Indonesia perlu membuka akses pasar non-tradisional melalui berbagai platform seperti BRICS maupun secara bilateral ke negara-negara yang belum terlalu banyak disentuh seperti, Amerika Selatan, Eropa Tengah/Timur maupun Afrika,” ujar Ketua Umum Iluni UI periode 2022-2025 ini.
Tak hanya itu, dirinya juga mendorong para pengusaha Indonesia untuk lebih memanfaatkan berbagai perjanjian dagang, baik yang berbentuk FTA (Free Trade Agreement) maupun CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement), yang selama ini masih kurang dimanfaatkan.
Selain mencoba menggarap akses pasar baru, Didit juga mendorong perusahaan Indonesia untuk lebih kompetitif dengan meningkatkan produktifitas pekerjanya, melakukan efisiensi melalui berbagai upaya, baik yang sifatnya penghematan operasional, pemanfaatan teknologi hingga meminta dukungan pemerintah melalui penyederhanaan aturan maupun dukungan langsung berbentuk penghapusan sementara atau menanggung untuk sementara biaya seperti BPJS Tenaga Kerja, Tunjangan Pensiun, PPN atas bahan baku barang ekspor sehingga fluktuasi ekonomi dapat diatasi.
“Kondisi geopolitik dunia tentu sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Namun saya yakin, dengan kerjasama, kebersamaan, dan kesolidan sebagai sebuah bangsa, kita akan mampu melewati kondisi tersebut,” yakinnya. (RN)













































